Mohon tunggu...
Ahmed Tsar Blenzinky
Ahmed Tsar Blenzinky Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger | Content Creator | Sagitarius

Co-Founder BRid (Blogger Reporter Indonesia) | Sekarang Lebih Aktif di https://ahmedtsar.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ada Filosofi Blangkon Jawa di ASEAN Blogger Festival Solo

20 Mei 2013   01:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:19 1046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rencana makan nasi kucing di angkringan yang bertebaran di jalan-jalan Kota Solo, namun kami setelah keluar gapura pembatas alun-alun Mangkunegaran tak menemukan satu pun angkringan. Akhirnya kami makan di Rumah Makan "Omah Sinten."

Masuk ke dalam rumah makan, suasana budaya Jawa sangat mendominasi. Ada Joglo yang difungsikan sebagai ruang makan, ada pernak-pernik hiasan Jawa tertempel di dinding-dindingnya. Kami pun memilih duduk di luar pendopo untuk makan malam.

Waitress pun langsung datang mengantarkan daftar menu. Daftar menu makanan rerata sudah saya kenal, tetapi ada juga yang asing namanya. Salah satunya adalah "Nasi Goreng Golong" Makanan inilah yang saya pesan karena penasaran apa bentuknya dan tentu rasanya.

[caption id="attachment_254896" align="aligncenter" width="640" caption="Nasi Goreng Rumah Makan "]

13689857522026113080
13689857522026113080
[/caption]

Karena yang memesan beberapa orang, jadi memang agak lama santapan hadir di meja makan kita. Sembari menunggu, lagi-lagi kami berpencar sebentar untuk memotret apapun yang unik untuk difoto di Omah Sinten.

Satu persatu makanan kami pun datang diantar waitress, termasuk nasi goreng yang saya pesan. Tatanan rupa nasi goreng terbentuk bagus, satu piring nasi kecoklatan dibawahnya diwadah selembar Daun Pisang. Di atas nasi tertumpuk telur mata sapi, kerupuk dan taburan campuran bawang goreng serta Abon.

Belum lagi di samping nasinya, ada dua sate ayam yang berdiri menusuk potongan Mentimun sebagai lalapan. Selain Mentimun, lalapan sebagai teman makan juga ada suwir-suwir Kol. Rasanya? Legit dan berani bumbu, mirip dengan rasa Bakmi Godog Jawa. Dua rasa itu baru kali saya rasakan pada nasi goreng, ya karena biasanya nasi goreng rumahan warna rasanya tidak seperti rasa nasi goreng "Omah Sinten."

Setelah menyantap habis nasi goreng di hadapan, begitu pula dengan teman-teman, kami pun berangkat kembali ke Pendopo Mangkunegaran, tentu setelah membayar masing-masing semua makanan "Omah Sinten" yang kami pesan.

Berbicara makanan, selama kami (para blogger komunitas ASEAN Blogger Telkom Indonesia) berada di Kota Solo, setidaknya mencicipi lebih dari dua masakan olahan khas Solo. Kalau saya pertama kali mencicipi, sewaktu Gala Dinner di Lojigandrung (malam Jum'at, 10/05).

Ada banyak pilihan variasi makanan yang disediakan di kediaman Walikota Solo itu. Misal, Selat Solo, Gudeg, bakmi godhog, Timlo, Nasi Liwet, Tengkleng, Wedang Jahe , dan lain-lain. Saya sendiri hanya mencicipi dua varians yaitu Selat Solo dan bakmi godhog. Kalau Selat Solo baru pertama kali ini saya mencicipi. Ternyata Selat Solo ada juga yang menamakannya dengan Bistik Jawa Steak.

Ya memang terlihat dari tatananya, ada potongan daging steak sapi di situ bercampur kentang goreng, wortel rebus, Daun selada, buncis rebus, kembang kol rebus, brokoli rebus, dan telur rebus dalam satu piring santapan. Lalu kesemua campuran itu tergenang dalam kuah berwarna coklat yang rasanya seperti saus Mpek-Mpek Palembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun