Mohon tunggu...
Ahmad Yudi S
Ahmad Yudi S Mohon Tunggu... Freelancer - #Ngopi-isme

Aku Melamun Maka Aku Ada

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta yang Membunuh

15 Agustus 2019   16:25 Diperbarui: 15 Agustus 2019   16:37 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan dalih mendisiplinkan para siswa baru, mereka tidak segan-segan membentak, memukul hingga menendang adik kelasnya agar lebih taat aturan dan menghormati kakak kelasnya. 

Para siswa baru akan di plonco oleh seniornya sebagai bentuk sambutan senior kepada juniornya di sekolah baru mereka, seperti telah menjadi tradisi.

Kerapkali aku ingin berbicara kepada mereka, namun kuurungkan niatku karena hanya akan menjadi angin lewat. 

Amarahku selalu timbul ketika melihat siswa laki-laki membusungkan badan didepan siswa perempuan, terutama adik kelasnya. 

Kejadian yang tidak dapat dimaafkan! Dendam telah membatu. Perpeloncoan itu akan tetap berjalan dengan mulus tanpa hambatan.

Para guru hanya menjadi juru spiritual ketika datang kepada siswa, dan kembali menjadi orang asing setelah meninggalkan mereka. Seperti segerombolan domba yang ditinggalkan penggembalanya.

Aku kerapkali melihat senior laki-laki yang menyombongkan diri dengan menampakkan kegagahannya didepan junior perempuan agar terkesima, mungkin akan menjadi pacarnya, entah yang keberapa kalinya, sebab senjata para laki-laki adalah dari caranya berbicara, untuk mengelabui mangsanya. Gombal!

Sedangkan para siswa perempuan hanya mempercantik diri dengan riasan dan pakaian agar terlihat menarik, atau sekedar memancing birahi lawan jenis. Genit!

Teng! Jam dinding berdenting keras di tengah malam. Dentingannya terdengar sampai ke lorong-lorong kelas. Aku mulai mendapati sosok-sosok yang serupa denganku, sama-sama perempuan dengan suhu dingin, sama dinginnya dengan raut wajahnya. Mereka berjalan kesana kemari seperti mencari sesuatu, kehilangan sesuatu. Sungguh menyedihkan.

Waktu terasa berjalan mundur. Tiba-tiba secercah cahaya mendatangiku dan menyirnakan semuanya. Semuanya memutih dalam sekejap. 

Perlahan aku membuka mata dan mendapati diriku yang dulu, masih anggun dan polos. Aku melihat diriku sedang diplonco oleh salah seorang senior laki-laki yang nantinya akan menjadi pacarku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun