Mohon tunggu...
Takbir Abadi
Takbir Abadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Senang berpetualang, menulis cakrawala, ingin membuat sebuah perubahan untuk semua dan mari bermanfaat.

cinta itu berjejak, harus punya bukti sejarah, energinya mengalir lewat keabadian.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Sistem Proporsinal Terbuka Atau Tertutup, Untung Siapa?

12 Januari 2023   14:56 Diperbarui: 12 Januari 2023   15:06 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengaruh sistem pemilihan terbuka pada setiap  perhelatan pemilihan umum memang menunjukkan  dampaknya.  Salah satunya praktik politik uang.  Terbukti dengan sistem pemilihan terbuka, putaran uang  beredar di tengah masyarakat itu sangat banyak. Bahkan putarannya dirasakan dan menggerus  lapisan akar rumput.

Fakta dilapangan menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat pada setiap pemilihan umum memiliki peran yang penting. Pilar yang mempengaruhinya adalah keterlibatan masyarakat secara langsung dalam praktik politik.

Sesungguhnya kedewasaan berdomokrasi pada era modern saat ini memang sulit untuk dibendung.  Demokrasi menampilkan wajahnya sebagai sebuah wadah yang menempatkan setiap individu sama rata. Setiap orang yang menganggap demokrasi itu ada harus mendapatkan tempat yang sama.  Olehnya itu,  asas keterbukaan yang muncul hari ini adalah jalan kuluar untuk mencapai kedewasaan dalam berdemokrasi.  

Beberapa orang masih menggungat putusan Mahkamah Konsitusi (MK)  terhadap Undang-Undang Tentang Pemilu terkait proporsional terbuka atau pemilihan terbuka.  Langkah konstitusional seperti ini sangat dibenarkan jika terjadi, sisa MK melakukan uji materi.

Proporsional tertutup memang sangat menekan ongkos politik  pada tahun 2024. Mungkin sisa uangnya bisa dialihkan ke program lain,  IKN atau program jalan tol misalnya.  Bahkan jikalau proporsional tertutup ini berhasil diterapkan perputaran uang pada rentetan 2023 sampai pemilihan umum tahun 2024 mungkin lebih minim. Bahkan negara juga bisa mengatur baliho, jadwal kampanye, bahkan uang yang keluar.

Tapi ini demokrasi. Asas keterbukaan dan elegatarian adalah wajah aslinya. Memang secara langsung tidak ada nilai yang ditutup. Tapi prinsipnya beberapa orang diberikan keterbatasan ruang untuk berpartisipasi. Termasuk anak-anak muda.  

Komposisi caleg diatur oleh internal partai politik,  secara tidak langsung keterlibatan anak muda yang ingin terlibat akan dibatasi oleh beberapa kader-kader tulen yang sudah mendarah daging di partai politik. Sehingga caleg-caleg muda ini tidak terlalu percaya diri. Bahkan juga kekuatan kuasa berada pada keluarga penguasa, bisa saja yang menjadi ketua partai menempatkan anak ponakan,  dan saudaranya pada posisi di setiap daerah pemilihan yang ujungnya mereka semualah yang duduk sebagai pemenang pemilu.

Sangat beda jika pemilihan terbuka diterapkan seperti pada tahun 2009,2014, dan 2019. Masing-masing caleg memiliki posisi starting yang sama, sehingga semua caleg bisa bekerja dengan caranya sendiri, membangun massa sendiri,  bahkan  lahir loyalitas yang bisa mendobrak elektabilitas partai.  

Bahkan sistem proporsional terbuka menjadikan keterlibatan anak muda dalam dunia politik pada setiap momentum pemilihan itu meningkat dan ini menimbulkan euforia tersendiri agar anak muda bergairah untuk terjun langsung dalam dunia politik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun