Mohon tunggu...
Ahmad Syifa
Ahmad Syifa Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas Kendali

Belajar dan berbagi...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bersyukur dan Cara Mendefinisikan Nikmat yang Benar ala Gus Baha

5 November 2022   20:31 Diperbarui: 5 November 2022   20:41 3710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Allah Saw yang paling pokok dalam Islam. Sebab ciri dari orang mukmin adalah dia adalah mampu bersyukur. Semakin orang mampu bersyukur, semakin orang itu kuat imannya. 

Oleh karena itu seorang mukmin mesti latihan bersyukur sepanjang hidupnya. Dalam ngajinya, Gus Baha memberitahu cara yang paling ampuh agar orang mudah bersyukur. 

Salah satu cara latihan bersyukur adalah dimulai dari mengubah cara pandang seseorang terhadap nikmat. Dalam memandang nikmat mestinya dimulai dari apa yang dimiliki, bukan pada apa yang diinginkan. 

Dalam hal makan, Gus Baha menyampaikan bahwa nikmat itu mestinya dimulai dari kondisi normal fisik kita, bukan dari menu makanannya. Dengan begitu orang akan mudah bersyukur apapun menu makanannya. 

Gus Baha menjelaskan: "Kalau keadaan fisik kita normal, kondisi  kita, perut kita, jantung kita, sistem pencernaan kita itu nikmat tertinggi, berarti nikmat makan ikan gurame itu nikmat nol koma sekian, ga begitu penting. Ketemu, ga ketemu itu tidak terlalu penting. Ketika Anda kecewa, betapa bodohnya Anda." 

"Kalo nikmat itu dimulai dari kondisi fisik kita, harusnya nikmat itu ga perlu bergantung pada kita mendapatkan apa yang kita inginkan atau tidak. Karena sekarang juga nikmat itu sudah ada," Gus Baha menambahkan. 

Menurut Gus Baha kalau dihitung tidak bersyukur atas menu makanan yang ada itu rugi besar. Seumpama satu saja kondisi fisik orang itu tidak normal, biaya yang harus dikeluarkan iti bisa ratusan juta bahkan milyaran. 

Apalagi jika orang itu mengeluh dan tidak mau bersyukur. Konsekuensinya jelas, Allah Swt tidak ridho. Sungguh tidak sebanding dengan harga gurame yang recehan, harus ditukar dengan kehilangan ridho Allah Swt terhadap dirinya. 

Gus Baha juga mencontohkan pengalaman dirinya. Caranya mendidik istri itu tidak macam-macam. Tidak seperti kiyai pada umumnya. Asal ia perempuan, artinya normal, lalu ia Islam, sholat dan sebagainya itu sudah lebih dari cukup. Dan beliau bersyukur. 

Tidak harus suami pulang ke rumah disambut istri, dibukakan pintu, dibuatkan kopi dan dibuatkan air hangat untuk mandi. Kalau harus begitu itu repot, dan mudah kecewa. Sehingga sulit baginya untuk bersyukur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun