Mohon tunggu...
Ahmad Syam
Ahmad Syam Mohon Tunggu... wiraswasta -

...jalan sunyi...\r\n\r\nwww.ahmad-syam.blogspot.com\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bahasa Inggris Tak OK, Indonesia Bisa KO

4 April 2014   06:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:06 1201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Satu instrumen penting dalam pergaulan internasional adalah bahasa. Pada semua level dan jenis pergaulan dari hubungan ekonomi, diplomasi politik, hingga pertukaran kebudayaan, ada bahasa sebagai perantaranya. Bahasa menjadi kunci terjalinnya komunikasi dua arah yang baik. Tanpa titik temu dan saling memahami dalam bahasa  maka komunikasi dan seluruh aktivitas pergaulan bisa amburadul.

Tahun 2015, Indonesia bersama dengan negara-negara sekawasan Asia Tenggara akan memulai babak perdagangan bebas yang populer dengan singkatan AFTA atau ASEAN Free Trade Area. Ini tentu saja bukan gawe kecil karena dampaknya sangat luar biasa, baik secara ekonomi maupun sosial.  Tetapi bukan hanya soal dampak dari menisbinya batas-batas wilayah antarnegara tersebut yang harus dihadapi melainkan juga strategi apa yang disiapkan dalam “perang” global tersebut.

Apa strategi yang perlu ditingkatkan Indonesia memasuki pergaulan dunia? Menurut saya, menguatkan bahasa pergaulan dunia internasional adalah satu diantara sekian strategi yang harus dilakukan. Dalam kesepakatan tidak tertulis, Bahasa Inggris adalah bahasa pergaulan dunia. Lihat saja di forum-forum internasional bahasa pengantarnya adalah Bahasa Inggris.

Sayangnya, saat pintu “perang” global sudah berada di hadapan Indonesia, senjata utama menghadapi perang tersebut yakni Bahasa Inggris justru "dikerdilkan". Kebijakan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia  yang mengeluarkan pelajaran tersebut dari kurikulum Sekolah Dasar (SD) per 2013 sungguh di luar perencanaan jangka panjang. Bagaimana kelak generasi muda kita bermain dalam panggung pergaulan dunia jika sedikit gagap berkomunikasi? Meski tidak otomatis dihapus tetapi diturunkan derajatnya dari intrakurikuler menjadi ekstrakurikuler kebijakan tersebut tetap menjadi sebuah ironi dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Bagaimana tidak menjadi sebuah ironi? Ketika negara-negara lain seperti Australia sedang asyik mempelajari Bahasa Indonesia sebagai pelajaran pokok, Indonesia justru agak mengabaikan Bahasa Inggris. Saat anak-anak SD di Australia dengan perlahan mengeja kata per kata Bahasa Indonesia sebagai satu pelajaran wajib, anak-anak SD di Indonesia hanya belajar Bahasa Inggris sekadarnya saja dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Tujuan utama Australia mengajarkan Bahasa Indonesia kepada para siswanya tidak lepas dari target jangka panjang yang sudah dirancang. Australia mengantisipasi ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA). Australia, Malaysia,New Zealand, Brunei, Myianmar, Singapura, Filipina, Thailand, Laos, Kamboja, dan Vietnam telah meratifikasi AANZFTA pada 2010 lalu. Kemungkinan Indonesia pun akan ikut meratifikasi perjanjian perdagangan bebas tersebut dalam waktu dekat.

Australia menilai Indonesia adalah negara penting karena dua hal. Pertama, jumlah penduduk yang besar yang bisa menjadi 'buyer' produk barang dan jasa Australia. Kedua, Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat diprediksi bakal menjadi kekuatan ekonomi dunia.

Menurut prediksi The Economist, pada tahun 2030 Indonesia akan menjelma sebagai kekuatan baru ekonomi dunia bersama Colombia, Vietnam, Egypt, Turkey dan South Africa. Kelompok negara tersebut disingkat CIVETS yang melengkapi kekuatan ekonomi yang sudah dikenal lebih dahulu yakni kelompok BRIC (Brazil, Rusia, India, China). Nah, Australia kemudian mengajarkan Bahasa Indonesia kepada generasi mudanya. Sebaliknya, Indonesia mengurangi kesempatan generasi mudanya untuk mempelajari bahasa resmi di Australia yakni Bahasa Inggris.

Maka jangan heran jika kelak banyak  orang-orang Australia bisa keluar-masuk kampung-kampung di Indonesia menjual barang-jasa dengan Bahasa Indonesia yang lancar. Australia telah melakukan investasi penguasaan Bahasa Indonesia dengan serius sebagaimana ditunjukkan, misalnya, oleh satu sekolah di Perth, Australia Barat. Di sekolah tersebut, siswa kelas 1 SD hingga kelas 8 SMP wajib belajar Bahasa Indonesia. Sedangkan kemungkinan hanya sedikit orang-orang di Indonesia yang kelak dapat menjajakan produk barang-jasa mereka ke Australia karena terkendala Bahasa Inggris.

Belajar dari negara tetangga sebenarnya juga dapat dilakukan Indonesia jauh sebelum “perang” global tahun 2015 mendatang. Pelajaran seperti apa? Indonesia setidaknya bisa menengok negara-negara sekawasan Asia Tenggara yang telah maju dengan pendidikan Bahasa Inggris-nya. Lihat saja Malaysia yang menjadikan Bahasa Inggris sebagai satu bahasa pengantar yang resmi di sekolah-sekolah. Kemudian juga Thailand dan Filipina yang masyarakatnya sudah sangat familiar dengan Bahasa Inggris. Bahkan di di Filipina misalnya Bahasa Inggris dijadikan sebagai bahasa resmi pergaulan selain Tagalog.

Revolusi Teknologi dan Ilmu Pengetahuan

Urgensi Bahasa Inggris bukan sekadar karena menjadi elemen dasar melakoni pergaulan internasional. Tidak kalah pentingnya karena Bahasa Inggris adalah sumber dari revolusi teknologi dan ilmu pengetahuan. Setuju atau tidak setuju, jelas di hadapan kita buku-buku ilmu pengetahuan terbaru terbit dalam Bahasa Inggris.

Menguasai bahasa teknologi dan ilmu pengetahuan akan memudahkan masyarakat Indonesia lebih mandiri. Dasar-dasar teori teknologi dan ilmu pengetahuan memang sebagian sudah banyak diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, namun yang belum diterjemahkan masih lebih banyak. Masyarakat Indonesia tidak harus menunggu artikel atau buku terjemahan karena dengan membaca artikel atau buku asli bisa lebih cepat dan tepat.

Sisi lainnya, penguasaan bahasa teknologi dan ilmu pengetahuan bagi masyarakat Indonesia dapat memudahkan mereka mengenal beberapa perangkat teknologi komunikasi internasional yang baik. Nah, dari pengenalan ini masyarakat dapat melakukan koneksi dan membangun jaringannya sendiri ke luar negeri. Para pelaku UKM, misalnya, dapat mencari relasi bisnis di luar negeri dengan kemampuan Bahasa Inggris yang dimilikinya.

Memang sangat disayangkan keputusan Kemendikbud Republik Indonesia yang secara sadar mengerdilkan Bahasa Inggris. Seharusnya Bahasa Inggris tidak dijadikan ekstrakurikuler tetapi dipertahankan sebagai mata pelajaran intrakurikluer. Bahkan, sebagai mata pelajaran intrakurikuler, kualitas pengajaran Bahasa Inggris perlu ditingkatkan pada upaya-upaya penguatan dan penguasaan bahasa yang implementatif.

Semoga ke depan generasi muda Indonesia tidak KO (knockout)dalam pergaulan dunia, termasuk pergaulan terkait transaksi produk barang-jasa, karena penguasaan Bahasa Inggris yang tidak OK (okay).

Brunswick, 3 Maret 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun