Mohon tunggu...
ahmad syaihu
ahmad syaihu Mohon Tunggu... Guru - Guru MTsN 4 Kota Surabaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Suka menulis dan membagikan tulisan kepada orang lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Engkaulah Jodohku

30 November 2022   18:20 Diperbarui: 30 November 2022   18:28 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sejak pagi aku duduk di bangku taman kota menunggu seseorang yang baru kukenal lewat grup WA. Nampak daun-daun gugur menderai. Menutupi bangku yang ada di sisi utara sebuah taman yang berjarak tak jauh dari sebuah jalan. Jalan itu tak pernah lepas dari pandanganku. 

Pohon-pohon cemara yang kemarin tingginya tak lebih tinggi dari pohon ceri itu sudah lama ditebang. Kayu-kayu nya masih ada di sana, di sebelah pintu masuk taman yang bergapura bambu-bambu berwarna biru langit. Sedari tadi angin berhembus ganas. Daun-daun yang tadinya masih bertengger di ujung ranting, akhirnya terlepas juga.

Nadia nama teman yang kutunggu belum juga datang padahal jelas dalam pesan lewat WA ia ingin bertemu denganku pukul sembilan pagi hari ini.

Sementara cuaca hari ini agak redup, matahari tak mau menampakkan wajahnya sejak pagi, nampak di langit gugusan awan tebal beriringan membentuk gumpalan-gumpalan warna hitam yang seolah makin dekat dengan bumi dan mau mencurahkan airnya dan akhirnya hujanpun turun dengan derasnya, aku bergegas menuju kedai kopi di seberang taman untuk berteduh sambal menunggu Nadia. 

Dari kejauhan muncul sesosok wanita muda dengan berjalan agak cepat menuju ke arahku, kulihat wajahnya mirip dengan wajah Nadia dalam profil status WA-nya.

“Andi?”, sapa wanita yang ada di hadapanku . “Nadia, Nadia Asmara?” sambil

kuulurkan tanganku. “Benar, maaf sudah lama menunggu?” jawab Nadia sambal meraih tanganku dan menggenggam denga erat. Kamipun duduk di kursi kedai kopi untuk melanjutkan obrolan pagi itu di antara derai hujan yang turun dengan derasnya, sambal menikmati kopi dan makanan ringan yang tersedia di kedai .

“Nadia,  kamu pernah bercerita tentang surat-suratmu yang tak pernah berbalas memangnya kamu berkirim surat pada siapa?”, tanyaku melanjutkan percakapan. 

“Iya aku rutin berkirim surat, bahkan setiap akhir pekan, kepada langit”, jawab Nadia

“Memang apa isi suratmu?”, tanyaku penasaran. “Aku minta dipertemukan dengan jodohku” jawab Nadia.

“Tapi mengapa kamu kirim ke langit?” tanyaku lagi “Ya arena Tuhan yang menentukan jodoh ada di langit” jawab Nadia lagi. Hujan sudah redah kamipun berjalan beriringan menyusuri taman kota. Kuberanikan memegang tangan Nadia sambal berbisik “Akulah jodoh yang dikirimkan oleh Tuhan untuk dirimu Nadia”. Nadia sambil tertunduk malu makin erat menggengam tanganku sambil melingkarkan tangannya untuk memelukku.

*****

Kota Pudak, 30 November 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun