Mohon tunggu...
ahmad syaihu
ahmad syaihu Mohon Tunggu... Guru - Guru MTsN 4 Kota Surabaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Suka menulis dan membagikan tulisan kepada orang lain

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Anak Pacaran? Memang Kita Dulu Tidak Pacaran?

7 November 2022   15:18 Diperbarui: 7 November 2022   15:29 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Fenomena anak kita (siswa kita) mempunyai teman spesial (pacar) pada masa puber adalah kenyataan yang harus kita terima sebagai konsekwensi hidup sebagai mahluk sosial.

Secara umum fenomena ini bisa kita jumpai pada remaja baik di kota maupun di desa-desa seluruh Indonesia.

Sebagai orang tua, ketika kita menghadapi fenomena seperti iti maka kita memiliki kewajiban memberikan wawasan kepada para remaja tentang masalah ini.

1. Samapaikan dengan pendekatan antara orang tua kepada anak, antara guru dengan siswa bahwa mempunyai teman spesial  di usia remaja itu adalah yang biasa, dan kita arahkan pada hal-hal yang positif, misalnya anggap teman istimewa (pacar) sebagai penyemangat dalam belajar sehingga sama-sama berhasil melalui jenjang pendidikan.

2. Memberikan batasan-batasan yang tegas antara pertemanan, pacaran atau hanya sekedar belajar bersama-sama.

3. Mengawasi dan memantau kemanapun kegiatan mereka bersama komunitasnya sehingga orang tua akan tahu di mana anak-anak kita sedang melaksanakan kegiatan bersama dengan teman-temannya.

4. Jangan mengizinkan mereka berduaan, atau pergi berdua tanpa pendampingan orang tua. atau guru di sekolah.

5. Menanamkan nilai-nilai agaram dan moral serta meberikan pemahaman tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan antara anak-anak /murid-murig kita dengan teman spesialnya.

6. Kalau memungkinkan sebaiknya anak kita tidak diperkenankan untuk berpacaran, selesaikan sekolah, kuliah, kerja lalu dinikahkan baru mereka akan berpacaran setelah anak-anak kita menikah.

7. Berpacaran setelah menikah justru mendatangkan pahala dan keberkahan, sementara pacaran sebelum menikah banyak mudorotnya bahkan anak-anak cenderung melakukan perbuatan yang dilarang oleh norma agama, norma humum dan norma kesusilaan.

Apakah Anda dulu tidak mengalami masa berpacaran?

Bagaimana menurut pendapat Anda?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun