Mohon tunggu...
Ahmad syafaat
Ahmad syafaat Mohon Tunggu... Jurnalis - Insan Pembelajar yang cinta ilmu dan membumikan gagasan.

Insan Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Suara Merdeka dari Anak Desa

17 Agustus 2019   23:19 Diperbarui: 17 Agustus 2019   23:22 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Suara Merdeka Dari Anak Desa.

Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-74 memberikan makna penting dan sakral di seantero Nusantara dari sabang sampai merouke. Berbagai cara dan kreasi dilakukan para anak bangsa untuk meningkatkan jiwa nasionalisme dan patriotisme yang kafaah (menyeluruh).

Dari kecil selama sekolah aku selalu mengikuti upacara pengibaran bendera merah putih biasanya dilakukan di tanah lapang atau alun-alun. Dalam upacara bendera kali ini saya dan kumpulan teman-teman yang satu frime dalam koridor perjuangan dan pergerakan menggelar upacara bendera ditempat yang tidak biasanya, kami melakukan upacara bendera merah putih di atas jembatan rusak yang berlokasi di kampung Banjar Kulon, Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang.

Ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dalam moment "upacara pengibaran diatas jembatan rusak" selain terbesit kesadaran tentang kondisi lingkungan sekitar disini juga kita bisa menghayati dengan hati kenapa ini bisa terjadi? Apakah engga ada yang peduli? pertanyaan ini muncul entahlah.. Dalam hal ini kami bukan berarti menyalahkan salah satu pihak dan kelompok tetapi ini sebagai renungan kontemplasi untuk saling mengingatkan.

Saya melihat dari beberapa sudut pandang fenomena ini unik dan berkelas, sedikit menampar muka tapi inilah realitasnya yang terjadi di daerahku.

Pertama saya melihat dari sudut pandang transendental, pada dasarnya manusia cenderung kepada kebenaran (hanief) dan khalifah di muka bumi untuk mengatur dunia dan seluruh isinya. Semua itu harus terintegrasi antara yang mengelola alam dunia dan yang maha pencipta alam kita sebagai orang yang mengelola alam harus bertanggung jawab.

Kedua, sudut pandang estetika adalah melihat segala sesuatu dengan keindahan eutt tapi yang indah menurut mata tidak semuanya mencerminkan keaslian jadi berhati-hatilah tapi kalau ini melihat sampah berserakan dibawah jembatan ini mah benarnya  adanya takut ada yang bilang ~sayang~ ehh maksudnya bilang hoax (tidak benar) silahkan di survei aja hehehehhe.

Yang terakhir ketiga, saya melihat dari sudut pandang empiris dan etika. Semua ini benar adanya tanpa direkayasa terlihat oleh kasat mata. Tapi peran etika ini secara ontologi memberikan perbuatan yang baik dalam melihat kondisi lingkungan sekitar. Merdeka merdeka merdeka suara Jeritan Anak Desa. Sekian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun