Mohon tunggu...
Ahmad Suhendra
Ahmad Suhendra Mohon Tunggu... Santri -

Lahir di Bogor, Pesantren di Bekasi, Kuliah di Yogyakarta dan Tinggal di Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Spirit Dakwah dalam LKD Yayasan Kodama

1 Desember 2012   08:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:23 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13543504231972286828

[caption id="attachment_226954" align="alignleft" width="300" caption="Sesepuh Kodama DIY"][/caption]

SPIRIT DAKWAH DALAM LKD YAYASAN KODAMA

Latihan Kader Dakwah (LKD) Yayasan Kodama merupakan upaya kaderisasi dan regenerasi mencetak kade-kader da’i yang berwawasan sosial dan berpaham ahlu sunnah wal jama’ah. Dengan begitu, proses kaderisasi dan regenerasi dalam tubuh Yayasan KODAMA Yogyakarta menjadi sesuatu yang tidak dapat dipandang sebelah mata.

Kegiatan LKD tahun ini (12-14/10) dilaksanakan di Pondok Pesantren Binaul Ummah, Bantul. Acara pembukaan LKD juga dihadiri oleh Drs. HA. Zuhdi Muhdlor, M.Hum, KH. Ihsanudin, Lc selaku pimpinan PP. Binaul Ummah, dan beberapa alumni Yayasan KODAMA.

Saat ini, para da’i dihadapkan pada permasalahan masyarakat yang semakin kompleks. Sehingga, para da’i diharapkan memiliki peran yang lebih maksimal dalam upaya menyelesaikan permasalahan sosial dengan pendekatan keagamaan yang progresif.

Kodama sebagai lembaga dakwah berbasis ahlu sunnah wal jama’ah memiliki peran aktif dan strategis dalam membentuk masyarakat di Yogyakarta. Drs. Sohib Jamaluddin mengatakan, bahwa dakwah saat ini dengan zaman dahulu sangat berbeda. Dahulu da’i KODAMA berceramah dengan ontel, sekarang dengan fasilitas canggih, mulai dari handphone sampai internet. “Semestinya da’i sekarang harus lebih bersemangat dibanding dengan dai zaman bien. Tapi, faktanya justru da’i sekarang tertinggal jauh semangatnya,”tegasnya dalam sambutan pembukaan LKD.

Selain memberikan sambutan Sohib Jamaluddin juga membuka kegiatan LKD mewakili pembina KODAMA. Beliau berharap agar kegiatan kali ini mencetak da’i-da’i yang progresif dan mau berjuang untuk rakyat bersama KODAMA. Para da’i juga jangan terjebak dalam ajaran agama yang instan, sehingga melahirkan kekerasan atas nama agama.

Melanjutkan Perjuangan al-Magfurlah KH. Ali Maksum

Geneaologi adanya Yayasan KODAMA adalah dari kegelisahan beberapa santri Krapyak. Atas dukungan dan persetujuan KH. Ali Maksum, para santri sekaligus aktivis organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Krapyak berinisiatif membentuk Korp Dakwah Mahasiswa (Kodama) pada tahun 1968.

Para santri merasa tidak berimbang, jika hanya mempelajari keilmuan secara teoritis semata, tanpa disertai dengan aplikatif dan implikatif dengan terjun ke masyarakat. Dengan kegelisahan religiusitas-sosial itu, KODAMA menjadi wadah untuk terjun berdakwah ke masyarakat secara langsung.

Malam pertama kegiatan LKD diisi oleh Drs. HA. Zuhdi Mudlor, M.Hum dengan tema “kekodamaan”. “Dulu, saya berdakwah ke daerah Bantul yang masih gelap karena masih jarang lampu. Sehingga, setiap berangkat ke lokasi saya harus membawa pisau dapur yang diselipkan ke sarung”, tutur Drs. HA. Zuhdi Muhdlor, M.Hum. Bahkan, masyarakat sekitar masih belum paham dan tergerak untuk mengaji agama Islam.

Zuhdi Muhdlor memberikan materi tentang kesejarahan perjalanan cikal bakal lahirnya Yaysan KODAMA. Mulai dari badan otonom dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) hingga menjadi Yayasan. Beliau juga menuturkan tentang miris-nya perjuangan para da’i KODAMA pada masa lalu.

Tantangan dari aspek akses fasilitas maupun masyarakat tidak menyurutkan perjuangan para da’i KODAMA pada saat itu. Bahkan, KH. Ali Maksum sangat mengapresiasi keberadaan KODAMA dengan memberi restu dan pembina.

KH. Ali Maksum memberi pelajaran tentang pentingnya dakwah ke tengah-tengah dengan menggambarkan, “di suatu tempat, banyak orang-orang Islam, banyak yang puasa, shalat, dan ritual lainnya. Tetapi tidak ada sentuhan dakwah dan kader da’i yang terus menerus. Maka dalam tempo 10-15 tahun ke depan, Islam barangkali akan hilang atau setidaknya segala ritual keagamaan akan terkikis habis di tempat itu.”

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun