Mohon tunggu...
Ahmad Samsi
Ahmad Samsi Mohon Tunggu... Guru - Berselancar

Berkarya di semesta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Literasi di Bukit Kampung

15 Mei 2019   14:28 Diperbarui: 15 Mei 2019   14:48 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mengawali tulisan di kompasiana saat ini, rasanya sangat bangga bagi saya.

Dunia anak anak saat ini diperhadapkan dengan dua sisi arus yang berlawanan.  Satu sisi anak tumbuh dan berkembang dengan didampingi berbagai elemen yaitu orang tua,  lingkungan sosial/masyarakat, lembaga pendidikan.  Komponen ini saya katakan hardware karena cakupan sentuhan nyata yang dirasakan oleh makhkuk itu sendiri.  Sisi lain ada komponen yang tidak nampak dirasakan anak anak namun menjadi kebutuhan setiap individu seperti ilmu pengetahuan, jaringan internet, facebook,  Wa,  dan media sosial lainya.  Komponen ini saya katakan software.  

Mengapa saya bahas dua sisi diatas? Apa hubungan dengan perkembangan anank anak dan dunia literasi? Pertanyaan ini tentunya memiliki korelasi yang tak terpisah. 

Mari kita sama sama simak dunia perkembangan dan dunia lieterasi bagi anak anak dan masa depan mereka. 

Di kampung saya, dunia anak-anak sungguh unik karena mereka berkeliaran alias bermain kadang siang hari,  sore hari,  kadang juga pada saat hujan. Merkeka juga tidak lepas dengan posisi saat ini sebagai anak sekolah di salah satu lembaga pendidikan sekolah dasar,  namanya SDN dumar. Selepas pulang sekolah, merreka pun berbondong-bondong keluar rumah sambil mengajak sesama temanya bermain di halaman,  kadang bermain di lapangan bola voli sampai sore hari.  Malam hari,  setelah selesai makan malam dilanjutkan mereka pergi mononton televisi.  Ketika mereka pergi menonton sampai jam 10  malam lalu pulang ke rumah masing masing. Aktivitas itu pun  dari hari ke hari, malam hingga menjadi suatu rutinitas dan kadang pun mereka juga alpa dari aktivitas.  

Nah,  ketika saya mula bertugas di SDN Dumar,  pada tahun 2017 silam,  saya pun mengamati  situasi kampung dan dunia anak anak di kampung dumar, dan pada akhirnya saya memutuskan untuk membuka program gerakan literasi. Saya mengajak mereka untuk mengubah kebiasaan bermain dan menonton televisi yang dilakukan setiap hari dan malam lalu diganti dengan kegiatan yang bermanfaat untuk masa depan.  Ajakan ini pun disambut baik bagi anak-anak saat itu lalu mereka berbondong-bondong mengajak teman sekampungnya untuk meramaikan aktivitas literasi.  Ow yach,  nama taman baca ini "Pustaka Cahaya Dumar". Lalu saya daftar tbm ini di donasibuku.kemendikbud.go.id, agar bisa dikirim/dinasi buku dari teman teman pegiat literasi se-indonesia saat ini. Setelah bebera bulan,  akhirnya buku buku dari pegiat literasi sudah kami terima,  lalu saya anak-anak membaca dengan senang. 

Dalam perjalanan aktivitas literasi di kampung dumar saat itu,  saya pun memberikan bimbingan khusus anak anak kelas 6 sekolah dasar. Kegiatan bimbingan dilakukan pada malam hari, hal ini bimbingan cara menyelesaikan latihan  soal yang berkaitan materi ujian nasional. Selain itu, anak- anak kelas rendah juga tidak kalah semangat, kadang mereka datang pada malam hari di rumah saya sebagai tempat belajar mereka. 

Kegiatan literasi ini yang diselenggarakan bertempat di rumah saya kadang mereka harus belajar diteras dan halaman rumah saya. Jumlah pesertanya pun setiap pertemuan kadang minimal 10 hingga sampai 30 anak anak yang belajar.

Buku-buku yang dikirim dari para donatur ada yang dari sumatera, jawa, dari pihak kementerian pun ikut partisipasi dalam mendonasikan buku ke pustaka dumar.  Partisipasi mereka dalam memberi dukungan gerakan perubahan anak-anak saat ini merupakan instrumen daya saing dan memajukan budaya membaca dan literasi anak-anak saat ini.  

Gerakan literasi di kampung dumar saat memberi kesan perubahan mindseat baik orangtua siswa maupun siswa/anak-anak itu sendiri,  karena gerakan literasi ini sangat membantu dalam upaya pendamping belajar siswa bila sepulabg sekolah. 

Hal ini pun bila kita membaca fenomena budaya membaca masyarakat indonesia dari versi yang berbeda, bahwa masyarakat indonesia sangat lemah dan turun semangat daya membaca bila dibandingkan dengan masyarakat negara lain di belahan dunia. Perbedaan ini pun ketika kita membaca keseharian anak-anak kita saat ini, bahwa mereka cenderung hidup instan dari pada meluangkan waktu untuk membaca.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun