Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Freelancer - Alumni UIN SGD Bandung

Warga Kabupaten Bandung. Sehari-hari beraktivitas memenuhi kebutuhan harian keluarga. Bergerak dalam literasi online melalui book reading and review (YouTube Shalawat Channel). Mohon doa agar kami sehat lahir dan batin serta dimudahkan dalam urusan rezeki.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Burung yang Mudah Dipelihara

22 November 2022   21:20 Diperbarui: 24 November 2022   14:57 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senin sore, saya lepaskan burung cikrak kutub. Burung kecil ini dalam internet disebut migrasi dari negeri yang kini dilanda musim dingin. Ukurannya kecil dan ramping. Bulu dan sayap berwarna hijau zaitun (olive). 

Pemakan serangga dan cacing. Sekira 12 cm panjang dari paruh sampai ekor.Cikrak kutub ini saya beli dari kios burung sekira 30 ribu rupiah. Saya penasaran dengan suaranya yang lembut dan bervolume tinggi. Satu minggu saya pelihara hingga burung bisa makan voer. Meski sudah makan voer, tetap saya beri ulat hongkong dan jangkrik kecil. Sangat lahap.

Setiap hari saya pantau gerak dan suaranya. Dari hari ke hari belum juga terdengar suaranya. Gerak geriknya masih giras, belum jinak. Saya dekati sangkarnya, burung makin gerak dan nubruk jeruji sangkar. Saya perhatikan burung tersebut yang menabrak jeruji seperti ingin lepas dari sangkar. 

Dalam hati terbetik kalimat: tampaknya ini burung tidak mau dipelihara. Baiklah saya lepas saja. Kemudian saya buka pintunya. Burung masih loncat sana sini. Tidak juga keluar. Saya perintahkan agar keluar dari sangkar, akhirnya sang burung terbang. Ia hinggap di atas genting. 

Melihat ke arah saya. Kemudian terbang bebas.Bersamaan dengan burung cikrak yang saya beli adalah sikatan bubik. Ia sudah makan voer dan lahap mengonsumsi jangkrik maupun ulat hongkong. Ia mulai keluar suaranya dengan volume kecil. Tidak ketakutan dan tidak menabrak jeruji. Hanya saja ia burung yang lincah. 

Loncat sana sini cukup cepat. Kemudian minum dan memakan voer. Saya pikir ia berkenan dipelihara. Sampai kini burung sikatan bubik ini saya pelihara. Tentu saja ditunggu suara merdunya dengan volume yang tinggi. 

Burung jenis sikatan yang migrasi dari negeri yang dilanda musim dingin termasuk burung yang cepat makan voer. Saya pernah punya sikatan mugimaki yang juga burung migrasi. Jantan dan betina. Keduanya disatukan dalam satu sangkar. Sayangnya tidak bisa kawin. Malah berantem. Dipisahkan sangkarnya masing-masing. Luarbiasa burung ini sekira satu hari sudah makan voer dan langsung bersuara merdu. Sayangnya tidak tinggi volumenya. 

Kalah dengan suara kenari yang cukup tinggi dan lantang bersuara. Kurang dari satu tahun saya pelihara burung sikatan mugimaki, ternyata yang jantan mutasi warna bulu. Ada warna kuning dan hitam. Sedangkan yang betina tetap warna abu dan coklat muda. Seiring dengan perubahan warna bulu, ternyata dalam bersuara pun tidak lagi gacor. Hanya sesekali. 

Bahkan dalam sehari hanya pagi saja bersuara. Saya coba gabungkan lagi jantan dan betina pada satu sangkar. Niatnya untuk dikawinkan dan ternak burung langka. Bukannya berjodoh malah saling serang.

Akhirnya saya bawa keluar rumah. Pintu sangkar dibuka. Saya bicara pada kedua burung sikatan mugimaki agar keluar dari sangkar. Aneh tidak mau keluar. Saya tangkap yang jantan kemudian dilepaskan. Hinggap di atap rumah kemudian terbang. Lalu yang betina pun dilepaskan.

Kalau dihitung burung yang dilepaskan secara sengaja sekira sepuluh ekor burung dengan jenis yang beda. Ada juga yang lepas sendiri menerobos pintu yang terbuka sedikit saat mengganti air minum. Kalau kabur berarti tidak mau dirawat oleh saya. Meski sudah keluar uang untuk beli burung dan pakannya, tidak saya sesali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun