Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Freelancer - Alumni UIN SGD Bandung

Warga Kabupaten Bandung. Sehari-hari beraktivitas memenuhi kebutuhan harian keluarga. Bergerak dalam literasi online melalui book reading and review (YouTube Shalawat Channel). Mohon doa agar kami sehat lahir dan batin serta dimudahkan dalam urusan rezeki.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hilang Sepatu pun Syukur

17 Agustus 2020   09:16 Diperbarui: 26 Agustus 2020   10:08 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dahulu di Persia, ada seorang pemuda yang dikenal pandai membuat puisi.

Pada suatu hari ia beli sepatu dari hasil membaca puisi yang diminta deklamasi oleh seorang raja di Persia tersebut.

Saat kumandang adzan dzuhur, ia segera ke masjid. Ia lepas sepatu barunya itu. Ia tatap dengan penuh rasa bangga. Ia merasa khawatir hilang dengan barang yang baru itu. Ia memerhatikan terus sepatunya.

Terdengarlah suara iqamah tanda akan mulai shalat berjamaah dzuhur. Ia segera ambil air wudhu kemudian ikut barisan terakhir.

Selesai shalat, ia segera pergi menuju pintu keluar masjid. Ia datangi tempat menyimpan sepatunya.

Ia kaget ternyata sepatunya tidak ada di sana. Ia cari dan tanya orang sekitar. Tidak ada yang mengetahuinya. Ia duduk di serambi masjid sambil memikirkan nasibnya kalau pulang ke rumah tanpa sepatu. Terbayang dibenaknya kala berjalan kakinya kena duri hingga berdarah. Lantas lukanya itu tetanus, penyakit borok. Dan terbayang dirinya tak bisa berjalan karena penyakit tersebut.

Ia takut pulang tanpa alas kaki. Sambil duduk ia teringat surah Fathihah yang dalam ayatnya tercantum kalimat: "Hanya kepada Engkau kami beribadah dan hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan."

"Aha... Saya mau minta tolong kepada Allah saja agar sepatu saya kembali lagi," ucapnya.

Lantas masuk ke dalam masjid lagi. Ia duduk pada sudut dan menghadap kiblat. Kemudian berdoa sesuai yang diminta ingin kembali lagi sepatu barunya. Cukup lama ia baca doa tersebut. Diulang lebih dari sepuluh kali.

Selesai doa, ia bergerak menuju pintu keluar masjid. Saat berjalan, ia lihat seseorang dengan kaki pincang masuk masjid. Orang itu wajahnya ceria dan mengucap salam padanya. Ia perhatikan terus orang yang pincang itu.

Tiba-tiba dalam hati terbetik kesadaran, "Orang yang hilang satu kaki saja ceria wajahnya. Tidak berduka cita dengan hilangnya kaki. Masa aku yang masih ada kaki untuk jalan meski tanpa alas kaki meski bersedih hati. Tinggal hati-hati saja dalam berjalan biar tak kena duri."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun