Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Freelancer - Alumni UIN SGD Bandung

Warga Kabupaten Bandung. Sehari-hari beraktivitas memenuhi kebutuhan harian keluarga. Bergerak dalam literasi online melalui book reading and review (YouTube Shalawat Channel). Mohon doa agar kami sehat lahir dan batin serta dimudahkan dalam urusan rezeki.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Ulasan buku "Imam Muhammad Al-Mahdi: Panutan dan Suri Teladan"

8 Agustus 2020   10:56 Diperbarui: 8 Agustus 2020   11:01 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ahmadsahidin12/dokpri

Satu di antara manfaat membaca adalah mengingatkan kembali yang pernah diketahui dan menambah informasi baru. Itu yang saya alami saat membaca buku. Ketika membaca buku hingga tuntas maka dua manfaat itu yang saya dapatkan. Karena lebih banyak manfaat secara ruhani dan menjadi nutrisi otak, maka saya teruskan membaca meski tidak dapat penghasilan (uang) dari aktivitas membaca.

Alhamdulillah, pekan ini saya menyelesaikan baca buku yang berjudul Imam Muhammad Al-Mahdi: Panutan dan Suri Teladan. Buku ini ditulis oleh Al-Marja Ayatullah Udzma Sayyid Muhammad Taqi Mudarrisi. Terbit tahun 2016 oleh YMC Bandung. Buku ini terbilang tipis hanya 148 halaman, sehingga dalam setengah hari sudah beres dibaca. Ya, hanya baca saja tanpa analisa kritis pada isi buku tersebut. Maklum saya hanya seorang pembaca awam meski lulusan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Sesuai dengan judul, tentu karya Sayyid Mudarrisi ini menguraikan kelahiran Al-Mahdi, situasi yang terjadi masa kelahiran Al-Mahdi, dan alasan yang disertai dalil kemunculan Al-Mahdi berdasarkan hadis atau riwayat dari Rasulullah Saw dan Ahlulbait as.

Menurut saya bahwa yang layak dikaji kembali (oleh para peneliti) dalam buku ini seputar keyakinan bahwa selain Nabi Isa, Nabi Idris, dan Nabi Khidir, juga ada seorang Imam yang hingga kini masih hidup sejak ghaib kubra yang ditandai wafatnya wakil yang keempat (tahun 329 Hijriah). Kemudian pada saatnya kelak ia akan muncul kembali.

Dari buku terjemahan ini saya menjadi tahu tentang kontinuitas pembawa ajaran Islam sejak Rasulullah Saw wafat sampat tiba Kiamat. Jadi, dalam setiap zaman ada otoritas yang "mengawal" dan "menjaga" Agama Islam dari penyimpangan pemahaman maupun penafsiran atas sumber agama. Mereka ini disebut Imam dan berjumlah duabelas. Yang pertama Imam Ali bin Abu Thalib as dan keduabelas bernama Imam Al-Mahdi as. 

Sudah menjadi ketentuan Ilahi, sosok Al-Mahdi ini mengalami gaib dan umat dibimbing melalui empat orang wakilnya. Setelah wafat empat orang wakil ini maka umat (dengan petunjuk hadis dari Imam) mengikuti ulama yang faqih dan memiliki keilmuan di atas rata-rata umat Islam yang wara' dan zuhud; yang selanjutnya disebut Marja. 

Ulama Marja ini oleh kaum Muslim Syiah dirujuk dalam urusan agama dan diminta solusi saat memiliki persoalan. Jadi, sampai datang Al-Mahdi, otoritas agama berada dalam kendali ulama Marja.

Nah, dari buku tersebut ada dua istilah niyabah: khashashah (perwakilan khusus) dan 'ammah (perwakilan umum). Para ulama yang dijuluki marja adalah termasuk 'ammah. Sayang sekali tidak detail buku tersebut menerangkan kriteria dan sistem pengangkatan seorang ulama layak disebut marja.

Dari buku Imam Muhammad Al-Mahdi ini, saya mengetahui proses kelahiran seorang ibu yang tidak tampak tanda kehamilan secara fisik. Dengan "bisikan" dari langit maka Imam Hasan Askari mengabarkan bahwa Narjis (istrinya) dibantu saat persalinan oleh wanita dari keluarganya melahirkan Al-Mahdi pada malam pertengahan bulan Sya'ban tahun 255 Hijriah. 

Saya kira ini unik dan bukan peristiwa biasa. Seperti kelahiran Nabi Isa as yang langsung dari Maryam binti Imran tanpa terlebih dahulu kena "sentuhan" laki-laki; atau Nabi Adam as yang dicipta tanpa perantara ayah dan ibu. Dan ini sudah ranah teologi Islam dan pada agama lain juga ada hal ikhwal yang tidak dapat dicerna dengan nalar rasional manusia.

Selain itu, yang layak dibaca dan bahan telaah ilmiah dari buku ini, yaitu tentang kemampuan manusia hidup ribuan tahun dan keberadaannya tidak tampak dari pandangan mata lahiriah. Karena ini sudah ranah teologi, sehingga saya meyakini dan membenarkan yang dituliskan oleh Sayyid Muhammad Taqi Mudarrisi dalam buku Imam Muhammad Al-Mahdi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun