Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Freelancer - Alumni UIN SGD Bandung

Warga Kabupaten Bandung. Sehari-hari beraktivitas memenuhi kebutuhan harian keluarga. Bergerak dalam literasi online melalui book reading and review (YouTube Shalawat Channel). Mohon doa agar kami sehat lahir dan batin serta dimudahkan dalam urusan rezeki.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Ulasan Buku Akal dan Wahyu tentang Rasionalitas dalam Ilmu, Agama, dan Filsafat

15 Juli 2019   10:29 Diperbarui: 15 Juli 2019   10:36 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

"Akal dan Wahyu: Tentang Rasionalitas dalam Ilmu, Agama, dan Filsafat" adalah buku karya Hasan Yusufian dan Ahmad Husain Sharifi. Buku ini diterbitkan Sadra Press tahun 2011 dengan tebal 301 halaman. Terdiri dari delapan bab. 

Kajian pada bab pertama meliputi definisi akal dan wahyu sebagai jalan memperoleh pengetahuan, hubungan agama dan akal, aliran rasionalisme, empirisme, fideisme, dan literalisme. 

Bab dua dan tiga tentang keberadaan akal sebagai sarana atau sumber, pandangan kaum sufi/urafa, penentangan kaum agama terhadap akal dari ajaran agama non Islam, kaum agamawan, dan lemahnya posisi akal.

Bab empat dan bab lima mengenai kaum muslim abad pertengahan yang mengutamakan akal atau rasionalisme seperti  Mazhab Mutazilah dan filsuf Ibnu Rusyd dan Ibnu Thufail. 

Juga korelasi akal dan wahyu yang dikumandangkan para filsuf Islam. Dan kaum muslimin yang menentang rasionalisme seperti Ahmad bin Hanbal, Abu Dawud Zhahiri, Ibnu Taimiyah, Abdul Wahhab, dan kaum salaf.

Terkait dengan sikap kaum Muslimin atas akal dan penentangannya, pada Bab enam dibahas secara khusus aliran Akbariyah di kalangan Syiah Imamiyah yang berkonflik secara pemikiran dengan kalangan Ushuliyyah yang mengungsikan akal dalam memahami teks agama. 

Bagian ini cukup menarik dan memberi pemahaman pada pembaca bahwa dalam setiap mazhab ternyata ada dua pemikiran dan sikap dalam beragama; antara yang mementingkan teks harfiah dalam pelaksanaan agama dan ada golongan yang mementingkan penalaran atas teks agama sebelum dijalankan dalam hidup.

Bab tujuh tentang kaum sufi menilai akal dan memposisikan wahyu. Dan memang kaum sufi dalam beragama tidak menggunakan penalaran rasional, tetapi intuisi dan wahyu yang dipadukan. Kadang aspek wahyu berupa syariat diabaikan dalam praktek beragama dan laku praktik sufistik yang dominan seperti fana', malamatiyah, sukr, dan lainnya. 

Dalam buku ini juga disebutkan tidak semua sufi berkelakuan syathahat atau fana', tetapi ada kaum sufi yang masih mengutamakan syariat dalam menjalankan aktivitas kesufiannya. Yang menarik di buku ini kajian karamah tokoh sufi dan cara mengukur kebenarannya. 

Tentu tidak bisa diukur dengan rasio atau syariat, tetap hanya komunitas sufi dan intuisi sebagai ukurannya. Dalam hal ini, yang dipegang di tengah masyarakat adalah perilaku hidup saleh atau menerapkan akhlaq. Jika terlihat saleh dan berakhlaq maka secara sosial akan dianggap benar dalam beragama.

Bab terakhir (delapan) akal dalam perspektif Islam. Bahasannya meliputi ayat Alquran, riwayat hadis, peran wahyu dan peran akal bagi kehidupan manusia, dan tolok ukur dalam menilai baik dan buruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun