Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Freelancer - Alumni UIN SGD Bandung

Warga Kabupaten Bandung. Sehari-hari beraktivitas memenuhi kebutuhan harian keluarga. Bergerak dalam literasi online melalui book reading and review (YouTube Shalawat Channel). Mohon doa agar kami sehat lahir dan batin serta dimudahkan dalam urusan rezeki.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berbagi Ulasan Buku "Ketika Nabi di Kota"

17 Januari 2019   19:14 Diperbarui: 17 Januari 2019   19:15 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Ketika Nabi di Kota" adalah buku karya dari sejarawan Dr Nizar Abazhah. Seorang guru besar bidang sejarah Islam dan ahli sastra di Akademi Al-Fath Al-Islami, Syiria. Lahir tahun 1946. Selain buku itu, ada dua buku lainnya tentang sejarah Nabi Muhammad Saw (yang sudah terbit di Indonesia) yaitu "Bilik-bilik Cinta Muhammad" dan "Sekolah Cinta Rasulullah".

Buku "Ketika Nabi di Kota" ini diterbitkan Zaman, Jakarta, tahun 2009. Tebalnya 604 halaman. Saya sendiri membacanya sampai tamat sekira dua pekan. Maklum saat di rumah saja bacanya. Maklum kalau sudah berada di tempat aktivitas tidk nyaman membacanya. Karena ini tentang sejarah Nabi sehingga mesti santai dan benar-benar diketahui isinya yang akan menjadi rujukan untuk diri saya sebagai muslim.

Komentar saya bahwa buku ini sangat komplet dari informasi dan enak dibaca. Unsur masyarakat berupa interaksi, peran dan tugas, kebiasaan, sanksi dan aktivitas ibadah pun diceritakan dengan narasi modern. Karena itu, model historiografi yang disajikan adalah dirayah dan pendekatan strukturistik. Hal ini terlihat dari setiap tema-tema meliputi militer, delegasi, tata letak kota, pembagian jabatan, mubaligh, petugas surat, pemukiman, dan lainnya. Personalitas (orang-orang Islam yang di sekitar Nabi) dan peristiwa-peristiwa historis muncul dalam bangunan sejarah yang disusun Nizar Abazhah.

Mungkin karena referensi yang digunakan lebih dominan kitab-kitab hadis dari Ahlussunah dan kitak tarikh klasik, sehingga tokoh-tokoh yang dominan dan sering dimunculkan dalam narasi adalah sosok-sosok yang menjadi panutan Ahlussunah. Di antaranya yang sering muncul dan diceritakan adalah Abu Bakar, Utsman bin Affan, Muawiyah bin Abu Sufyan, Umar bin Khattab, Amr bin Ash, Mughirah bin Syubah, Abu Sufyan bin Harb, dan Kholid bin Walid. Tokoh wanita yang sering diceritakan adalah Aisyah binti Abu Bakar dan Ramlah binti Harits. Mereka inilah yang menghiasi seluruh narasi sejarah dari buku "Ketika Nabi di Kota".  Sayangnya nama Ali bin Abu Thalib dan Fathimah putri Rasulullah Saw kurang diceritakan, baik dari pengutipan maupun peranannya.

Saya kira sejarah Nabi Muhammad Saw tidak hanya diisi oleh mereka yang disebutkan di atas. Sejarah Nabi Muhammad Saw dan kehidupan sehari-harinya merupakan gambaran awal keberadaan umat Islam yang perdana. Dalam sejarah diceritakan bahwa umat Islam ikut haji wada' saja mencapai 120 ribu orang. Jadi, mengapa sejarah yang teramat luas dan banyak diperankan umat Islam hanya direpresentasikan oleh segelintir orang? Tentu ini bagian subjektivitas sejarah dari sang penulisnya.

Hanya sekian yang bisa saya tuliskan. Mohon maaf terlalu banyak informasi di buku tersebut sehingga amat susah untuk diungkapkan. Maklum saya kurang dalam mencerna dan memahami. Barangkali Anda lebih dahsyat dalam mengungkapnya. ***(Ahmad Sahidin)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun