Pemerintah telah menaikan harga BBM (bahan bakar minyak) subsidi jenis solar menjadi Rp6.800 per liter, Adapun kemudian pertalit dari harga Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter . namun biyaya yang dikeluarkan nelayan terbilang cukup lebih besar
Komite nelayan teradisional (KNTI) bapak Dani Setiawan memaparkan bahwa saat ini nelayan mengeluarkan biyaya lebih mahal. Sekitar Rp. 1.000 -- Rp 2.000
Per liter jauh dari kata kecil bai para nelayan .Padahal nelayan tergantung pada harga BBM Â seperti solar dan pertalit
"setelah pengumuman kenaikan BBM kemarin, laporan dari daerah KNTI Â saat ini nelayan kecil membeli solar dengan harga Rp 8.000 dan pertalit di harga Rp 12.000"
Dia menjelaskan, ada sejumlah sepak bagi dunia usaha perikanan, diantaranya,biyaya oprasional melaut nelayan akan terus meningkat ,kemudian para pedagang ikan akan mengalami kenaikan biyaya oprasional dan hal utamanya adalah tranportasi, serta , unit pengelolah juga pasti akan mengalami kenaikan biyaya oprasional
"jika biyaya BBm naik maka angka inflasi akan melambung tinggi,yang tentu nya akan berdampak pada nelayan kecil , khususnya dalam membeli BBM lebih mahal, membeli kopi,sembako, dan kebutuhan lainnya pasti akan meningkat"
Tentu pasti akan sulit rasanyanya bila mana angka lonjakan BBM ini terus meningkat di setiap tahunya, bukan hanya nelayan saja yang akan mendapatkan dampak namun seluruh masyarakat kalangan bawah pasti akan merasakannya..
Dan tentu akan sangat sulit rasanya membayangkan bila harga ikan yang mereka jual ke pasar, tengkulak, atau pabrik,pasti akan juga naik,mengapa begitu? Karna nelayan kecil bukan penentu harga alias tida punya daya tawar dalam menentukan harganya ikan