Mohon tunggu...
Ahmad Rruss
Ahmad Rruss Mohon Tunggu... -

Suka bersantai dan mendengarkan musik Rock/ Metal...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

BAB 001 - Pertarungan Empat Pendekar

9 Juni 2016   03:21 Diperbarui: 9 Juni 2016   03:42 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Angin laut masih membelai-belai tepi pantai. Subuh mulai terlihat terang. Lautan utara menampakan riakan gelombang lunaknya. Dalam hawa yang masih terasa dingin, cahaya terbit membangunkan satwa-satwa yang beristirahat. Kilasan cahayanya mengejutkan mata-mata yang terlelap. Seseorang segera bangun dari tidurnya di bawah setangkai pohon besar berukuran raksasa.

Dia adalah seorang lelaki berusia sekitar tiga puluhan tahun. Seorang pemuda yang sedang dalam gagah-gagahnya. Kiranya ia telah menunggu kedatangan seseorang atau sesuatu hal hingga membuatnya bermalam di kawasan pantai itu. Menyadari pagi telah tiba si pemuda bangun dan dengan serentak seolah tanpa beban tubuhnya melayang ke atas pohon besar dengan tinggi puluhan tumbak itu. Ketika mulai melewati dahan-dahan, sesekali ia menjejakan kakinya pada salah satu dahan pohon tersebut untuk menambah kecepatannya melesat naik.

Sampai si pemuda benar-benar tiba di puncak pohon, ia berdiri pada ranting kecil teratas hingga membuatnya seolah-oleh berdiri di atas puncak menara. Dari balik pakaiannya yang berlapis-lapis ia mengeluarkan sesuatu. Sebuah teropong berbahan kayu sepanjang pergelangan tangannya segera ia gunakan untuk membidik ke tengah lautan. Rupanya ia tengah menanti datangnya kapal yang akan berlabuh disana.

Memang menurut kabar yang terdengar, yaitu kabar yang berhasil didapat setelah penangkapan satu armada kapal bajak laut beberapa bulan yang lalu. Ketika dengan paksa para awaknya ditanyai, jawabannya bahwa tepat pada hari ini akan mendarat tujuh armada bajak laut yang hendak menyembunyikan hartanya di suatu tempat. Dengan itu, ia sebagai seorang pemberani dan berbekal kepandaian tinggi, ia hendak menjarah harta para bajak laut yang sering menyengsarakan masyarakat pesisir itu.

Tengah si pemuda mengintai ke hamparan lautan luas, ia dengar pada pohon lain yang sama tingginya sesuatu yang berkeresakan. Begitu ia berpaling terlihatlah seseorang baru datang memanjat dan melakukal hal yang sama. Mengintai ke tengah lautan dengan sebuah teropong pengintai. Hebatnya ia adalah seorang wanita. Wanita berwajah cantik dengan penampilan yang menarik dan berusia muda. Bisa dipastikan ia lebih muda daripada si pemuda.

“Rara Laksmi, ku kira kau tidak tertarik dengan armada kekayaan itu?” si pemuda rupanya mengenali wanita itu. Ia menegurnya dengan nada suara yang tawar seolah-olah tidak senang dengan kedatangannya.

Si wanita bernama Rara Laksmi perdengarkan tawa pelan dan terdengar begitu merdu. Ia berhenti mengintai dan berpaling kepada si pemuda untuk menjawab tegurannya. “Apakah kau tidak menyadari? Pria mencari kekayaan hingga rela mencuri dan merampok tujuannya tiada lain untuk mendandani isteri-isterinya. Jika aku dapat mendandani diri sendiri tanpa meminjam tenaga seorang lelaki, kenapa aku tidak melakukannya?”

“Apakah kau baru saja mengatakan kau tak memiliki seorang lelaki yang mendandanimu? Karena itulah kau turun tangan untuk melakukannnya sendiri?” si Pemuda mengejek.

Rara Laksmi mendengus kesal. Sebenarnya ia sangat marah dengan ejeken itu. Namun ia dapat berpura-pura untuk tidak membuat orang yang mengejeknya puas. Ia menimpali dengan berkilah. “Kau kira setiap wanita membutuhkan seorang lelaki untuk memanjakannya. Jika kau berfikir demikian, sebaiiknya kau berharap aku tidak pernah terlahir.”

Si pemuda tertawa. Iantas ia pun berkata “Baiklah! Mendengar itu aku akan berbaik hati dengan mengikut-sertakanmu dalam penjarahan ini.”

“Kau berfikir salah, Bhumijaya.” Rara Laksmi menghardik. Penyebutan nama si pemuda menyatakan ketegasan ucapannya. “Kau tak pernah kuikutsertakan dalam penjarahan ini.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun