Mohon tunggu...
Pendidikan

Alquran dan Kepribadian Islam Generasi Milenial

19 Maret 2019   23:55 Diperbarui: 20 Maret 2019   00:08 12389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Alquran merupakan kitab suci umat Islam yang berlaku sepanjang zaman dan telah teruji kebenarannya. Diturunkan oleh Zat Yang Mulia kepada Rasul-Nya yang mulia pula. Tidak ada yang bisa menggantikan kedudukannya dari diutusnya Nabi Muhammad Saw. ke dunia hingga akhir zaman. Hal-hal yang terjadi di masa sekarang dan yang terjadi di masa akan datang bahkan yang terjadi sebelum diturunkannya Alquran sudah tertulis di dalam Alquran. 

Sehingga boleh dikatakan bahwa Alquran ialah kitab yang berisi sejarah. Tidak hanya itu, di dalam Alquran juga berisi tentang keimanan, syariat, maupun akhlak. Tidak ada bagian dari kehidupan ini yang terlepas dari Alquran. 

Jika kita berpegang teguh kepada Alquran, maka selamatlah kita dalam mengarungi kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat. Begitu juga dalam kehidupan generasi milenial yang penuh dengan kecanggihan teknologi sekarang ini, jika generasi mudanya sangat jauh dengan Alquran maka dapat dipastikan bahwa teknologi yang mereka banggakan dapat menjadi penghancur masa depan mereka.

Generasi Muda Masa Kini

Perkembangan zaman memang merubah segalanya, termasuk generasi muda bagi sebuah negara. Di satu sisi, perkembangan zaman dengan segala kecanggihannya membawa kemudahan. 

Namun di sisi lain juga membawa keburukan, salah satunya yaitu adanya  pengikisan nilai-nilai moralitas. Kebiasaan seperti bolos sekolah, melawan guru, narkoba, pergaulan di luar batas dari yang dengan lawan jenis hingga dengan sesama jenis, dan lebih parahnya lagi sampai hamil di luar nikah merupakan hal yang sangat lumrah di kehidupan sekarang ini. 

Memang betul bahwa sekarang masih banyak generasi muda yang peduli akan masa depannya dan masa depan bangsanya, misalnya melalui prestasi, baik dari yang bersifat ilmiah hingga yang bernuansa Islam. Bahkan seperti yang dikutip dari laman jawapos.com, jumlah penghafal Quran di Indonesia mencapai 30 ribu orang. Tentu hal ini menjadi kabar gembira bagi kita semua. 

Namun, hal ini tidak terlalu menggembirakan setelah kita membandingkannya dengan jumlah pecandu narkoba. Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dikutip dari laman newsokezone.com, sebanyak 5,9 juta anak di Indonesia sudah menjadi pecandu narkoba. Belum lagi berdasarkan data tahun 2013, kasus hamil di luar nikah usia 10-11 tahun mencapai 600.000 kasus dan usia 15-19 tahun mencapai 2,2 juta kasus seperti yang dikutip dari laman surabayatribunnews.com. Tidak seharusnya kasus seperti ini terjadi di negara kita yang mana mayoritas penduduknya beragama Islam.

Generasi Muda dalam Pandangan Alquran

Generasi muda adalah salah satu kekuatan bagi suatu umat atau negara. Untuk melihat nasib masa depan sebuah negara ialah dengan melihat generasi muda saat ini. Jika generasi mudanya baik maka baiklah masa depan sebuah negara tersebut. Karena saking pentingnya generasi muda, Ir. Soekarno Sang Proklamator pernah berkata, "Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh orang pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia". 

Generasi muda adalah aset suatu bangsa, sehingga harus dijaga dan dirawat dengan baik, mengingat generasi muda sangatlah rentan terhadap derasnya arus modernisasi saat ini. Jika kita lihat melalui konteks keislaman, tentu Islam sudah menaruh perhatian yang sangat besar terhadap generasi muda. Kita lihat pada zaman dahulu banyak pemuda muslim yang tampil dengan keberanian dan kegagahannya untuk berjihad di medan perang. Inilah pemuda yang diharapkan Islam. 

Bukan hanya sekedar mengikuti arus perkembangan zaman, namun juga mampu bersaing melawan zaman itu sendiri agar hidupnya tidak mudah goyah dan tetap berpegang teguh kepada Alquran. Alquran melarang jika meninggalkan generasi yang lemah, hal ini seperti yang termaktub dalam Alquran surah an-Nisa ayat 9 sebagai berikut.

Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

Menurut Quraish Shihab, ayat di atas berpesan agar umat Islam menyiapkan generasi penerus yang berkualitas sehingga mampu mengaktualisasikan potensi dirinya untuk bekal di masa mendatang. Seperti inilah Alquran memandang generasi muda. Jangan sampai generasi muda itulah yang justru menjadi penghancur bangsanya sendiri.

Pengaruh Alquran di Era Milenial

Secara formal, Alquran telah diimani dan disepakati sebagai kitab yang terlengkap dan berlaku sepanjang masa, namun faktanya Alquran sudah diabaikan sebagai solusi dalam menyelasaikan permasalahan umat. 

Padahal jika Alquran menjadi pegangan utama, tentu tidak ada lagi yang namanya krisis moral seperti yang sudah dipaparkan di atas. Jika kita membeli sebuah sepeda motor, tentu kita akan mendapat buku panduan untuk menjalankan sepeda motor tersebut agar aman dalam berkendara. Begitu juga Allah Swt. sudah memberikan manusia kaidah-kaidah atau petunjuk, yang mana petunjuk ini berguna untuk mengarungi segala masalah yang dihadapi hamba-hamba-Nya. 

Tentu tidak lain dan tidak bukan petunjuk itu adalah Alquran. Dengan Alquran semuanya akan menjadi baik. Hal ini seperti yang termaktub dalam Alquran surah al-Isra ayat 9 sebagai berikut.

..

Artinya: Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus....

Ayat di atas mengindikasikan bahwa hal apa saja jika diselesaikan dengan Alquran maka Alquran itu akan menjadi jalan keluar baginya. Sama halnya di era milenial ini, jika kehidupan sekarang khususnya pada generasi muda tidak menanamkan nilai-nilai Alquran dalam dirinya tentu ini akan menjadi masalah besar bagi kita semua. Jika seseorang sudah beriman kepada isi Alquran maka dapat dipastikan tidak ada lagi kejahatan di muka bumi. 

Lalu, mengapa muncul kejahatan dan kerusakan? Awalnya manusia dilahirkan dengan kondisi suci atau sudah membawa potensi keimanan, kemudian orang tuanyalah yang mengubahnya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. 

Pengaruh orang tua disini memberi pengertian kepada kita bahwa ada pengaruh lingkungan untuk membentuk karakter seorang anak. Begitu juga di era milenial yang sangat rentan ini, sudah seharusnya kita sebagai anak atau bahkan sebagai calon orang tua selalu berusaha menanamkan nilai-nilai Alquran dalam kehidupan. 

Jangankan berusaha menanamkan nilai-nilai Alquran, mendengarkannya pun sudah memberi pengaruh yang amat besar bagi manusia. Hal ini dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ahmad al-Qadhi yang mana hasil riset tersebut dipresentasikan dalam konferensi tahunan ke-17 Ikatan Dokter Amerika, di Saint Louis, Missouri, Amerika Serikat. 

Dari hasil penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa mendengarkan bacaan ayat suci Alquran membawa pengaruh yang signifikan terhadap perubahan fisiologi dan psikologi manusia. Melalui hasil penelitian tersebut dapat kita lihat betapa agungnya mukjizat dari sebuah kitab suci umat Islam ini. Tidak dapat kita pungkiri bahwa dengan kebesaran mukjizat yang sudah teruji tersebut terkandung banyak nilai-nilai positif di dalamnya dan nilai-nilai tersebut sangat berpengaruh terhadap orang yang berusaha mengamalkan isi dari Alquran itu.  Sisi mukjizat lain dari Alquran yaitu sebagai penawar. 

Hal ini juga terbukti dari penelitian di Florida yang menyimpulkan bahwa Alquran memberi pengaruh hingga 97% dalam memberikan ketenangan dan penyembuhann penyakit. Dari beberapa mukjizat dari Alquran tersebut dapat dikatakan bahwa rusaknya moral generasi era milenial disebabkan jauhnya mereka dari Alquran. Hal ini diperkuat lagi dengan penelitian yang saya lakukan terhadap 93 responden. Dari 93 responden tersebut, 98% mengatakan bahwa mereka sangat membutuhkan akan Alquran. Menurut mereka, hati mereka sangat tenang setelah membaca Alquran. Padahal dari 98% responden tersebut, ada 89% yang mengakui bahwa mereka hanya membaca Alquran tanpa melihat terjemah atau tafsirnya. Dari sini dapat kita lihat bahwasanya dengan membaca Alquran tanpa melihat terjemah atau tafsirnya pun bisa membuat hati seseorang tenang, apalagi berusaha memahami maksudnya, bahkan mengamalkannya.

Jika hati seorang hamba telah terikat dengan Alquran dan yakin bahwa keberhasilan, keselamatan, kebahagiaan serta kekuatannya terletak pada membaca dan menghayati kitab tersebut, maka itulah titik tolak kebangkitannya menaiki tangga kesuksesan dan kebahagiaan hakiki dunia dan akhirat. Sehingga hal-hal yang buruk dapat ia hindari karena ia memiliki Alquran sebagai pedomannya. Beginilah besarnya pengaruh Alquran terhadap kualitas hidup seseorang, mendengarkannya saja mendapat pengaruh yang besar terlebih lagi membaca atau menghayati bahkan berusaha mengamalkan isinya.

Menanamkan Nilai Alquran Sejak Dini

Menanamkan nilai Alquran pada diri sendiri atau pada generasi selanjutnya bahkan kepada anak bukanlah hal yang dapat dilakukan dalam waktu singkat. Tentu membutuhkan waktu dan proses yang panjang. Nilai-nilai Alquran akan melekat pada diri kita jika kita mencintai Alquran tersebut. Jika sehari saja tidak dibaca, maka seperti ada sesuatu yang kurang. Lalu bagaimana cara mencintai Alquran itu? 

Modal pertama yang harus dimiliki adalah iman. Maksudnya ialah percaya bahwa Alquran itu merupakan kitab dari Allah Swt. yang berisi petunjuk dengan segala mukjizat yang dikandung di dalamnya dan jika berpegang kepadanya maka akan selamat dunia dan akhirat. Rasa seperti inilah yang perlu ditumbuhkan terlebih dahulu dalam diri seseorang. Tentunya ini juga merupakan hidayah dari Allah Swt. 

Jika rasa ini sudah tumbuh, maka nilai-nilai dari Alquran baik yang ia dengar dari ceramah atau yang ia baca langsung dapat masuk ke dalam jiwa dengan baik. Menurut Dr. Khalid Abdul Karim al-Laahim, ada lima tanda orang yang mencintai Alquran, yaitu senang bertemu dengan Alquran, tidak bosan berlama-lama dengan Alquran dalam satu majelis, ada kerinduan untuk berjumpa dengan Alquran, banyak berkonsultasi dengan Alquran, dan menaati perintah dan larangan Alquran. Jika diri kita sudah cinta dengan Alquran, maka tugas kita selanjutnya ialah menanamkan rasa cinta Alquran itu kepada anak. 

Sebagai orang tua muslim, tentu menyadari betul akan pentingnya garis keturunan. Karena anak diharapkan menjadi generasi penerus perjuangan dalam menegakkan kalimat al-haqq. Di samping itu, setiap orang tua harus menyadari bahwa anak adalah pelestari pahala. Walaupun orang tuanya telah meninggal dunia, ia tetap dapat mengalirkan pahala kepada kedua orang tuanya. Begitu juga sebaliknya. Dengan demikian, jika orang tua muslim menyadari hakikat anak mereka tentu akan bangkit keinginan untuk lebih waspada terhadap pendidikan anak-anak mereka. Berikut kiat-kiat yang dapat dilakukan untuk menciptakan generasi muda agar cinta dengan Alquran. Pertama, dimulai dengan mencari pasangan yang baik. Dalam pandangan Islam, memilih pasangan juga ikut berpengaruh dalam memprogramkan anak yang saleh. Pasangan yang baik juga tidak akan jauh dari Alquran. Pasangan yang baik akan menurunkan putera-puteri yang baik. Begitu juga sebaliknya. Karena itu, Rasulullah Saw. bersabda, "Hati-hatilah dengan Hadhra al-Diman, atau wanita cantik dari lingkungan yang tidak berpendidikan". 

Kedua, selalu melantunkan ayat Alquran pada telinga anak. Hal ini dilakukan agar sedini mungkin anak dapat mengenal Alquran. Apabila orang tuanya sibuk atau tidak sempat membacakan Alquran di telinga anaknya, maka dapat digantikan dengan memperdengarkan ayat-ayat Alquran dari tap recorder pada anak. 

Usaha ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Nurhayati terhadap bayi yang berusia 48 jam yang dikutip dari laman kompasiana.com. Bayi tersebut menunjukkan respon tersenyum dan menjadi lebih tenang setelah diperdengarkan ayat-ayat Alquran dari tape recorder.

Ketiga, memasuki masa kanak-kanak atau kisaran umur 3 tahun, anak sebaiknya sudah diajari membaca Alquran sesuai dengan kemampuannya. Lebih baik jika yang mengajarkan ini orang tuanya sendiri. 

Bahkan jika orang tua sering membacanya, misalnya ketika salat membaca surah Al-Fatihah, seorang anak pun bisa hafal dengan sendirinya. Selain itu, bisa juga ditambah dengan memberi tahu makna dari surah tersebut guna menanamkan nilai-nilai ketauhidan pada diri anak. Jika nilai-nilai ketauhidn ini sudah tertanam sejak kecil, maka ia pun akan mudah meyakini keberadaan dan keagungan Alquran. 

Keempat, yaitu menjadikan Alquran sebagai bahan bacaan utama anak di rumah. Setelah mengajari anak membaca Alquran dan anak sudah bisa membaca Alquran dengan baik, maka kemudian tugas selanjutnya ialah menjadikan Alquran itu sebagai bacaan wajib setiap harinya. Misalnya anak diwajibkan membaca Alquran setelah selesai salat lima waktu. Jika anak tersebut tidak mau dengan alasan malas atau sebagainya, maka harus ada hukuman dari orang tua dan hukuman inipun tentunya hukuman yang mendidik.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat kita lihat betapa besarnya pengaruh Alquran terhadap seseorang. Orang yang dekat dengan Alquran, dalam artian selalu membaca, menghayati, bahkan berusaha mengamalkan isinya tentu akan berbeda dengan orang yang jauh sekali dengan Alquran. 

Sehingga wajib bagi kita agar selalu dekat dengan Alquran dan juga mendidik para generasi milenial agar Alquran selalu melekat dalam jiwanya demi kemajuan bangsa terutama dirinya dan terlebih lagi untuk bekal di akhirat kelak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun