Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Setop Sebar Narasi Anti Pancasila

14 Agustus 2022   07:07 Diperbarui: 14 Agustus 2022   07:22 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pancasila - jalandamai.org

Bulan Agustus ini merupakan bulan yang bersejarah bagi masyarakat Indonesia. Di bulan ini seluruh masyarakat Indonesia memperingati hari kemerdekaan. Tepatnya pada tanggal 17 Agustus. Tentu saja banyak hal yang bisa kita jadikan pembelajaran bersama, dalam memperingati hari kemerdekaan ini. Banyak yang bertanya, apakah Indonesia benar-benar sudah merdeka?

Secara fisik, Indonesia memang sudah bebas dari penjajahan. Perginya Jepang menandai bebasnya Indonesia dari masa penjajahan. Namun, jika ditinjau dari sisi yang lain, kita bisa diskusi bersama, apakah kita benar-benar sudah merdeka? Secara ekonomi, negeri ini mungkin belum sepenuhnya merdeka. Pasalnya, Indonesia masih ketergantungan utang negara lain.

Lalu, dari sisi yang lain, apakah Indonesia sudah merdeka dari radikalisme? Jawabnya tentu belum. Jika kita melihat media sosial saat ini, masih dengan mudah kita bisa melihat antar sesama saling caci, saling hujat, tanpa mengetahui persoalan yang tidak jelas. Hal ini tentu tak bisa dilepaskan dari masifnya provokasi, ujaran kebencian di media sosial, yang dilakukan oleh kelompok radikal. Tak jarang mereka juga mereduksi pengertian agama, berdasarkan pemahaman sempit yang mereka dapatkan.

Hal yang paling sering mereka reduksi adalah pemahaman mengenai jihadi. Istilah ini seringkali dimaknai sebagai upaya memerangi, pertumpahan darah, bahkan meledakkan bom bunuh diri, juga dimaknai sebagai syahid. Hal inilah yang kemudian banyak diikuti oleh kelompok radikal. Ketika mereka melakukan tindakan intoleran terhadap kelompok minoritas, dimaknai sebagai menegakkan jalan agama, ketika mereka memerangi kelompok Ahmadiyah, dianggap menegakkan agama, bahkan ketika mereka meledakkan diri bagian dari mati syahid. Pandangan yang salah ini tentu harus diluruskan.

Beberapa waktu lalu, salah satu tokoh yang dulu pernah menjadi acuan jaringan terorisme di Indonesia memberikan pengakuan yang patut diapresiasi. Abu Bakar Baasyir mengakui Pancasila, karena dasarnya dalah tauhid, Ketuhanan Yang Maha Esa. Abu juga mengakui bahwa dirinya dulu salah dalam memahami Pancasila. Pengakuan Abu Bakar Baasyir ini harapannya juga diikuti oleh jaringan terorisme lain, yang masih belum memilih ke NKRI. Sebut saja seperti Oman Abdurrahman.

Pengakuan Abu Bakar Baasyir ini harus jadi triger untuk melawan narasi anti Pancasila, yang selama ini masih sering terjadi. Karena tidak ada yang salah dengan Pancasila. Yang salah adalah pola pikir sesat, yang terlanjur disebarluaskan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Dan kita, juga harus bersikap logis dalam menyikapi segala informasi yang berkembang. Jangan langsung mudah percaya. Lakukan cek ricek dan kuatkan literasi, agar kita tidak mudah percaya dengan informasi yang belum tentu benar.

Indonesia harus bebas dari narasi anti Pancasila. Mari belajar dari pengakuan Abu Bakar Basyir, yang berani mengklarifikasi bahwa yang dia pahami selamai adalah salah. Dan hal ini tentu menjadikan triger, agar Indonesia bisa bebas dari segala bentuk narasi dan provokasi anti Pancasila. Sekali lagi, setop dan hentikan segala bentuk narasi anti Pancasila yang jelas tidak benar itu. Pancasila adalah nilai-nilai yang lahir dari Indonesia. Sementara khilafah yang selama ini digaungkan untuk menggantikan Pancasila, merupakan produk luar yang terbukti tidak tepat diterapkan di Indonesia, bahkan di negara Islam sekalipun. Salam introspeksi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun