Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sucikan Diri di Bulan Suci, Jangan Merasa Paling Suci

2 April 2022   19:07 Diperbarui: 2 April 2022   19:11 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibadah di Masa Pandemi - kompasiana.com

Ada sebagian diantara kita yang merasa paling suci, setelah belajar tentang agama. Ada diantara kita yang merasa paling tahu, paling paham, setelah mengaji ke salah seorang tokoh. Karena merasa paling tahu atau paling suci tersebut, seringkali setiap ucapan dan perilakunya pun juga merasa paling benar. Orang atau kelompok yang merasa paling suci dan paling benar ini, seringkali justru melakukan perilaku intoleran. Sebut saja seperti melakukan sweeping warung-warung kecil yang tetap buka di bulan Ramadan. Padahal, warung tersebut ditujukan untuk masyarakat yang mungkin memang tidak puasa karena alasan tertentu.

Tidak hanya perilaku intoleran, seseorang atau kelompok yang merasa paling benar dan paling suci ini, juga seringkali menebar pernyataan yang menyesatkan di dunia maya. Mereka seringkali menggunakan pendekatan sudut pandang agama, sementara pemahaman agama yang mereka pahami mungkin masih perlu diasah lagi. Sebut saja seperti bagaimana sudut pandang mereka tentang budaya atau keberagaman di Indonesia. Seringkali mereka mengkafirkan orang lain hanya karena berbeda keyakinan. Terkadang mereka menyesatkan orang lain hanya karena perbedaan pandangan.

Hal semacam ini semestinya tidak terjadi lagi kedepannya. Kenapa? Karena Tuhan menciptakan manusia saling berbeda dengan latar belakang yang menempel di belakangnya. Karena perjalanan hidup seseorang berbeda, maka dalam memahami sebuah peristiwa pun juga berbeda. Tergantung dari sudut pandang apa melihatnya. Pada titik inilah kita perlu saling menghargai dan menghormati, jika terjadi perbedaan pandangan.

Satu hal yang perlu diingat, tidak selamanya orang berbuat jahat. Bahkan bisa jadi tidak selamanya seseorang selamanya berbuat baik. Artinya, akan ada fase yang berbeda dalam setiap siklus kehidupan setiap orang. Hari ini berprofesi A, bulan depan bisa berganti profesi B. Dinamika yang terjadi juga harus kita hargai dan hormati. Yang perlu kita lakukan adalah hanya menghargai. Seandainya menurut kita ada kesalahan, cukup diberitahukan saja. Tentu saja cara memberitahunya dengan cara yang santun. Jika tetap tidak mengindahkan, kita tidak bisa berbuat banyak. Tidak boleh lantas kita marah, lalu melakukan tindakan intoleran. Hal semacam ini tidak boleh terjadi.

Mari kita jadikan bulan Ramadan ini sebagai bulan untuk mensucikan diri. Mari perbanyak ibadah dan introspeksi. Jangan merasa paling benar, apalagi paling suci. Tak jarang, banyak orang tidak pernah memikirkan kekurangan, tapi justru sibuk mencari kekurangan orang lain. Yang terjadi saat ini justru seperti itu. Banyak orang mengkafirkan orang lain, tapi kafirnya sendiri tidak pernah dipikirkan.

Ingat, tidak semua orang mendapatkan kesempatan yang sama, untuk bisa menikmati bulan suci Ramadan. Karena itulah, jangan sia-siakan bulan yang penuh dengan keberkahan ini, untuk terus berlomba untuk beribadah dan berbuat kebaikan. Jangan pula merasa paling suci, sehingga tidak perlu lagi berbuat kebaikan dan sibuk mengomentari perilaku orang lain. Puasa, adalah bulan untuk mensucikan diri, membersihkan diri, bukan bulan untuk merasa suci. Jadikanlah bulan suci ini untuk terus mencari keberkahan, tapi sekaligus sebagai bulan untuk melakukan introspeksi. Jika selama ini kita sibuk menebar kebencian, masih memelihara bibit kebencian, atau melakukan aktifitas negative lainnya, saatnya untuk menghentikan. Gantilah perilaku negative itu menjadi perilaku positif. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun