Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lembaga Pendidikan dan Semangat Membangun Toleransi

21 November 2020   10:22 Diperbarui: 21 November 2020   10:31 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toleransi, www.brilio.net

Sekolah merupakan tempat belajar apapun. Mulai dari belajar mata pelajaran atau mata kuliah, sekolah juga merupakan tempat belajar berinteraksi satu dengan yang lain. Sekolah juga merupakan tempat untuk belajar saling menghormati dan menghargai. Sekolah juga tempat untuk belajar sopan santun antar sesama teman, guru atau dosen. Sekolah juga merupakan tempat untuk mengembangkan kreatifitas inovasi dan segala hal-hal positif lainnya.

Karena itulah sekolah harus menjadi tempat yang nyaman bagi peserta didik, tapi juga harus menjadi tempat yang aman dari segala pengaruh buruk di dalamnya. Kenapa hal ini penting? Karena di era digital ini, perkembangan informasi terjadi begitu pesat. Banyak anak yang sudah familiar dengan kemajuan gadget. Sementara keberdaan media sosial juga banyak digemari oleh semua kalangan, termasuk anak-anak dari tingkat sekolah dasar hingga remaja di tingkat perguruan tinggi. Bahkan, perusahaan, lembaga hingga kementerian juga banyak mensosialisasikan kebijakannnya melalui media sosial.

Dalam perkembangannya, kemunculan hoaks, provokasi dan ujaran kebencian di dunia maya ini semakin mengkhawatirkan. Banyak oknum tak bertanggung jawab sengaja menyebarkan bibit negatif tersebut, untuk membuat hal yang tidak kondusif. Pengaruh buruk di dunia maya, akan mengkhawatirkan jika masuk ke dalam dunia pendidikan.

Dan jika kita lihat perkembangan saat ini, banyak lembaga yang melakukan riset, bahwa bibit radikalisme dan intoleransi mulai masuk ke lembaga pendidikan. Ada siswa yang tidak mau hormat bendara merah putih, ada siswa yang mengejek temannya dengan sebutan 'kafir', bahkan ada juga para guru dan dosen yang sudah terpapar radikalisme, berusaha untuk mengajarkan ke peserta didiknya. Kondisi ini memang membuat kita semua khawatir. Lembaga pendidikan harusnya menjadi tempat yang netral, tempat yang kondusif dan tempat yang aman untuk belajar tentang hal-hal yang positif.

Mengenalkan nilai-nilai kearifan lokal menjadi penting di dunia pendidikan. Sekolah harus mampu mengenalkan dan mengimplementasikan nilai toleransi antar sesama, baik kepada siswa ataupun tenaga pengajar. Jika sejak dini sudah diajarkan nilai toleransi, diharapkan bisa membentengi siswa dari pengaruh intoleransi dan radikalisme. Karena sekolah merupakan tempat yang majemuk. Siswa dengan latar belakang apapun bisa temukan. Keberagaman di lembaga pendidikan, sama halnya dengan keberagaman yang ada di negeri ini. Untuk itulah, siswa dan tenaga pengajar harus bisa saling berdampingan dalam keragaman tersebut.

Hidup saling bertoleransi merupakan keniscayaan di Indonesia. Jika ada yang mempersoalkan keberagaman yang ada di Indonesia, mereka jelas tidak mensyukuri anugerah yang diberikan Allah SWT kepada kita semua. Di Indonesia tidak hanya ada Islam, tapi ada juga Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu. Di Indonesia tidak hanya ada Sulawesi, tapi juga ada Sumatera, Kalimantan, Jawa hingga Papua. Di Indonesia juga banyak lagi suku, bahasa dan keanekaragaman budaya lagi. Semuanya itu merupakan anugerah yang diberikan Allah SWT kepada kita semua.

Dan sekolah menjadi salah satu tempat yang penting, untuk belajar nilai-nilai toleransi. Karena itulah, jangan kotori lembaga pendidikan dari segala pengaruh buruk. Biarkan generasi penerus ini berkembang ke arah yang positif, agar bisa memberikan kontribusi positif bagi negeri ini. Salam toleransi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun