Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Media Sosial, Konten Positif dan Digitalisasi Persaudaraan

26 Juli 2020   05:30 Diperbarui: 26 Juli 2020   05:52 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persaudaraan Media Sosial - jalandamai.org

Tak dipungkiri dunia memang semakin maju. Teknologi semakin memudahkan segala kebutuhan manusia. Informasi yang berkembang juga semakin pesat. Tak perlu susah untuk mendapatkan atau menyebarkan informasi. Dan setiap informasi yang berkembang tersebut bisa dimanfaatkan untuk pendidikan, mengembangkan bakat, penelitian dan lain sebagainya. Seiring berkembangannya waktu, muncullah media sosial yang ramai digunakan masyarakat untuk berinteraksi, bertukar informasi, mencari pekerjaan hingga menghasilkan uang. Media sosial ini berkembang seperti kehidupan nyata.

Untuk itulah media sosial perlu dijaga oleh siapapun, agar informasi yang beredar merupakan informasi yang inspiratif, memberikan manfaat dan mengandung konten positif. Kenapa penting? Karena setiap orang bisa masuk dan beraktifitas di media sosial. Dari anak-anak hingga dewasa. Menjaga generasi penerus dari segala pengaruh buruk di media sosial, harus bisa dilakukan oleh siapa saja. Karena mulai bermunculan pihak-pihak yang tak bertanggung jawab, yang secara sengaja mengotori media sosial ini.

Jika kita bisa menjaga media sosial dari segala pengaruh buruk, secara tidak langsung kita juga bisa berperan aktif dalam menjaga lingkungan kita bersih dari segala pengaruh buruk. Menjaga lingkungan yang sehat penting dilakukan. Media sosial tidak hanya digunakan untuk menyebarkan konten positif, dalam perkembangannya seringkali digunakan oleh kelompok intoleran dan radikal untuk menyebarkan konten yang mengandung kebencian dan provokatif.

Kelompok ini masih saja terus menyebarkan konten negative. Mereka terus saja berusaha mencari simpati publik, dengan memutarbalikkan fakta, dengan menyebarkan informasi bohong, dan seringkali menggunan istilah-istilah keagamaan, yang membuat masyarakat bingung. Akibatnya, tidak sedikit masyarakat terttipu. Pola ini sebenarnya seringkali digunakan oleh kelompok ISIS untuk membujuk simpatisannya. Banyak orangdari berbagai negara bergabung menjadi anggota kelompok teroris ini.

Untuk itulah, perlu kewaspadaan kita semua. Karena kelompok ini terus berusaha mengemas ujaran kebencian dan provokasi ini dengan kemasan-kemasan yang menarik menyesuaikan perkembangan zaman. Di Indonesia sendiri, banyak anak-anak muda yang terprovokasi menjadi pelaku terorisme, karena terprovokasi oleh konten-konten menyesatkan di media sosial.

Jika kita tidak peduli dan terus membiarkan konten negative ini ada di media sosial, berpotensi akan memecah belah kerukunan dan persaudaraan yang selama ini tercipta. Masih ingat apa yang terjadi ketika masa pilkada dan pilpres beberapa tahun lalu. Semua orang bisa menebar kejelekan dan kebencian. Mari kita saling menguatkan komitmen bersama, untuk tetap menjaga negeri ini dari segala pengaruh buruk. Mari kita jaga di masa pandemi ini, untuk tetap mengedepankan rasa persaudaraan antar sesama. Semoga kita semua tetap diberi kesehatan. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun