Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perlunya Tetap Menjaga Pluralisme di Tengah Pandemi

20 Juni 2020   16:07 Diperbarui: 20 Juni 2020   16:03 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia - KRJogja.com

Indonesia adalah negara yang dilahirkan dalam kemajemukan. Indonesia merupakan negara dengan kenakeragaman suku, budaya, bahasa dan adat istiadat yang melimpah. Bahkan, agama yang ada di negeri ini pun tidak hanya satu. Meski tumbuh menjadi negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, penduduk Indonesia juga banyak yang menganut Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu. Indonesia ibarat taman bunga yang dipenuhi beraneka warga tanaman. Keragaman warna itu yang membuat taman menjadi enak dilihat, dan nyaman bagi siapa saja yang ada di dalamnya. Begitu juga dengan Indonesia, yang bisa menjadi rumah bagi siapa saja dengan latar belakang yang berbeda.

Keberagaman yang ada di Indonesia merupakan keniscayaan yang tak bisa dihindari. Berbagai agama yang ada di negeri ini, juga sudah ada di negeri ini sejak dulu. Jauh sebelum Islam masuk, masyarakat ketika itu sudah ada yang memeluk aliran kepercayaan. Ada juga yang memilih agama Budha dan Hindu. Namun dalam perkembangannya, mayoritas masyarakat Indonesia memilih agama Islam, dan agama-agama yang telah ada sejak dulu bukan hilang. Semuanya masih ada dan bisa hidup saling berdampingan.

Berdampingan dalam keberagaman ini juga sudah bisa dilakukan sejak dulu. Semangat menjaga pluralisme ini, harus tetap dijaga, termasuk dalam kondisi pandemi covid-19 seperti sekarang ini. Ketika covid menyerang Indonesia, banyak masyarakat dilanda kekhawatiran, bahkan ketakutan. Penyebaran virus yang tak kelihatan itu, juga memicu munculnya provokasi, ujaran kebencian, dan hoaks di media sosial. Banyak masyarakat yang frustasi akibat pembatasan sosial berskala besar (PSBB), tapi disisi lain juga bingung menyerap informasi yang berkembang.

Salah satunya contohnya adalah kebijakan pembatasan aktifitas di masjid dan tempat ibadah selama masa pandemi. Bahkan, banyak tempat ibadah yang menutup diri dari segala aktifitas peribadahan. Tidak sedikit informasi yang berkembang dibelokkan untuk menyerang pemerintah, terkait kebijakan belajar, bekerja dan beribadah dari rumah ini. Kebencian yang ditujukan kepada pemerintah memang taka da habisnya. Tidak hanya untuk urusan politik, untuk urusan yang lain pun juga masih terjadi.

Tak dipungkiri, meski Indonesia sangat mengedepankan toleransi, bibit radikalisme dan intoleransi masih ada di negeri ini. Keberadaan kelompok radikal masih menyuburkan paham yang tidak baik itu. Ujaran kebencian yang terus kita temukan di media sosial, tanpa disadari telah memicu munculnya bibit radikalisme dan intoleransi.

Diskriminasi yang dirasakan tenaga medis karena dianggap membawa virus, ini merupakan bukti nyata bibit radikalisme dan intoleransi masih ada di tengah pandemi ini. Penolakan jenazah yang positif covid, juga merupakan bukti yang lainnya. Belum lagi kebijakan pemerintah yang dibelokkan dengan disisipi kebencian, juga masih terus dilakukan.

Karena itulah, mari kita terus melakukan introspeksi. Mari terus perkuat literasi, agar kita tak muda diprovokasi. Di masa pandemi ini, kita memang dianjurkan untuk menjaga jarak secara fisik, namun bukan berarti kita juga harus memutus tali silaturahmi. Ingat, kita adalah plural sejak dulu. Jangan merasa eksklusive, jangan merasa paling benar dan menilai orang lain sebagai pihak yang salah. Jika kebijakan pemerintah dianggap kurang tepat, silahkan dikritik secara obyektif. Dan yang tak kalah pentingnya adalah, jangan merasa dirinya paling sehat. Mari tetap saling jaga toleransi di masa pandemi. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun