Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pers, Kesadaran Membaca, dan Terciptanya Literasi

8 Februari 2020   16:07 Diperbarui: 8 Februari 2020   16:09 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Literasi Media - makassar.terkini.id

Ibarat sebuah gerbang, membaca adalah pintu masuk menuju sebuah dunia baru. Dunia ini berisi dengan informasi tentang apa saja, tentang ilmu pengetahuan apa saja. Membaca tidak hanya membuat kita tahu, tapi membaca juga mampu menumbuhkan kesadaran membangun literasi di era digital ini. Membaca juga mengajarkan kepada kita untk saling mengerti dan memahami tentang berbagai macam karakter suku dari seluruh daerah di Indonesia. Membaca juga membuat kita banyak tahu tentang segala hal yang terjadi di berbagai belahan dunia lainnya.

Melalui membaca akan meningkatkan tingkat literasi masyarakat. Sayangnya, sebuah situs ada yang menyebutkan, dalam hal literasi dan membaca, Indonesia menempati rangking 60 dari 61 negara. Namun, berdasarkan survey Wolrd Culture Index Score pada 2018, budaya baca masyarakat Indonesia mulai mengalami peningkatan. Hal ini tentu patut kita apresiasi. Sayangnya, peningkatan budaya baca ini belum sepenuhnya pula diimbangi dengan peningkatan rasionalitas dan literasi. Masih saja ada masyarakat yang mudah percaya terhadap informasi hoaks, yang sengaja disebarkan untuk membuat kondisi masyarakat gaduh.

Faktanya, penyebaran ujaran kebencian masih saja terjadi di dunia maya. Dan nyatanya, masih saja ada masyarakat yang mudah terprovokasi oleh informasi hoaks tersebut. Ketika tahun politik beberapa tahun lalu, kebencian di tengah masyarakat begitu nyata hanya karena perbedaan pilihan politik. Antar tetangga bisa saling bersitegang, bahkan antar sesama keluarga bisa tidak bertegur sapa, hanya karena perbedaan pilihan politik.

Jauh sebelum itu, provokasi juga pernah terjadi hanya karena perbedaan keyakinan. Provokasi ini umumnya dilakukan oleh kelompok radikal dan intoleran. Mereka seringkali melontarkan kejelakan pemerintah yang dianggap bagian dari pemerintahan kafir. Semuanya dianggap kafir. Istilah-istilah Islam seringkali direduksi dan disalahartikan, untuk mendapatkan simpati publik. Jika literasi masyarakat cukup baik ketika itu, mungkin tidak ada masyarakat Indonesia yang pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Mungkin juga tidak ada caci maki, ataupun persekusi.

Pers merupakan sumber rujukan informasi. Salah satu fungsi pers adalah mendidik. Karena itulah, pers harus bisa menjadi terus ada di tengah masyarakat, meski gempuran media sosial di era digital ini begitu kencang. Pers harus bisa menumbuhkan kesadaran di kalangan generasi muda, agar tidak mudah percaya dengan informasi yang berkembang. Pers harus mampu membentuk generasi yang kritis, bukan generasi yang lemah, yang hanya bisa menjadi pengikut saja.

Kemajuan zaman seperti sekarang ini, semestinya ikut memudahkan masyarakat untuk menguatkan literasi. Hanya dengan menggunakan smartphone bisa mengakses informasi dari media apapun dan manapun. Ketika masyarakat berusaha untuk mencari informasi pembanding, pers diharapkan juga bisa memenuhinya. Informasi yang diproduksi pers, haruslah informasi yang valid, obyektif dan berpihak pada kepentingan bangsa dan negara. Selamat hari pers nasional.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun