Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jaga Etika dan Perilaku di Jagat Maya

13 Juli 2019   07:56 Diperbarui: 13 Juli 2019   08:01 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerdas Bermedsos - mmc.kalteng.go.id

Sebagai makhluk sosial, tentu kita tidak akan bisa lepas dari orang lain. Manusia tidak ada yang bisa hidup sendiri. Manusia saling membutuhkan satu dengan yang lain. 

Karena itulah, Tuhan menciptakan manusia saling berbeda agar bisa saling mengenal satu dengan yang lainnya. Dan untuk bisa saling mengenal satu dengan lainnya, diperlukan toleransi, agar kita bisa saling belajar, saling memahami dan menghargai.

Seiring perkembangan teknologi, aktifitas manusia tidak hanya terjadi di dunia nyata, tapi juga banyak terjadi di dunia maya. Media sosial yang menawarkan berbagai kesenangan dan kemudahan, membuat banyak ditemukan aktifitas apapun. 

Mulai dari informasi, mencari teman, mencari pekerjaan, hingga aktifitas jual beli. Semua bisa kita temukan di dunia maya. Karena perkembangan yang pesat inilah, media sosial dan dunia maya berhasil mencuri perhatian masyarakat di dunia nyata.

Namun, media sosial tak hanya memberikan dampak positif, tapi juga bisa memicu terjadinya perilaku negative. Artinya, semuanya tergantung dari si penggunanya itu sendiri. Jika media sosial digunakan untuk tujuan positif, maka akan bermanfaat bagi semua orang. 

Sebaliknya, jika digunakan untuk kepentingan yang tidak baik, maka masyarakat juga yang dirugikan. Disinilah diperlukan kesadaran bersama. Karena penyebaran ujaran kebencian dan hoaks di jagat maya, tak bisa dianggap hanya sekedar penyebaran informasi semata.

Tak dipungkiri, pengguna media sosial semakin hari semakin bertambah. Penyebaran informasinya pun juga semakin beragam. Jika kita tidak bisa menyikapi secara arif informasi yang berkembang tersebut, kita bisa berpotensi menjadi netizen yang tidak smart. Karena akan mudah terprovokasi, mudah sharing tanpa saring terlebih dulu. 

Karena lemahnya semua ini, penyebaran kebencian dan hoaks dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk mengganggu kerukunan yang telah tercipta. Ketenangan masyarakat terganggu hanya karena informasi menyesatkan dan lemahnya literasi di tingkat masyarakat.

Tidak sedikit dari masyarakat yang terprovokasi. Mereka bahkan aktif melakukan posting, padahal informasi yang diposting berisi data yang salah. Tidak sedikit pula dari masyarakat yang berani melakukan persekusi, ataupun perilaku intoleran. Dan tidak sedikit pula akibat provokasi di media sosial tersebut, memicu terjadinya konflik di tengah masyarakat.

Kasus pembakaran tempat ibadah di Tanjung Balai, Sumatera Utara misalnya. Aksi pembakaran itu dipicu karena informasi yang berkembang di media sosial. Masyarakat yang terprovokasi langsung melampiaskan amarahnya, dengan cara melakukan pembakaran. 

Upaya bom bunuh diri yang dilakukan oleh seorang pemuda di Surakarta, Jawa Tengah, pada akhir Ramadan kemarin, juga dipengaruhi oleh penyebaran propaganda radikalisme di dunia maya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun