Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Radikalisme Dunia Maya dan Rentannya Generasi Muda

27 April 2019   08:03 Diperbarui: 27 April 2019   08:16 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siskamling Dunia Maya - jalandamai.org

Penyebaran propaganda radikalisme di era milenial ini, memang sudah begitu massif. Setelah perintah dari pimpinan ISIS beberapa tahun lalu untuk menguasai media sosial, para simpatisan ISIS begitu massif melakukan propaganda dan aksi teror melalui dunia maya. 

Pemenggalan manusia tak berdosa di unggah di sosial media. Teror digital ini terus terjadi hingga saat ini. Bahkan, tidak hanya jaringan ISIS yang melakukan, beberapa masyarakat yang terprovokasi dan terpapar konten radikal juga mulai melakukannya.

Beberapa waktu lalu, dunia kembali digembarkan dengan ledakan bom di salah satu gereja di Sri Lanka. Bom tersebut berasal dari sebuah ransel yang dibawa seorang pemuda, ketika memasuki sebuah gereja. Ya, ini aksi bom bunuh diri yang dilakukan seorang pemuda.

Setelah media merilis rekaman CCTV yang berhasil merekam detik-detik pelaku peledakan masuk ke gereja, ISIS pun kembali mengklaim bahwa perbuatan tersebut dilakukan oleh jaringannya. ISIS memang telah dinyatakan kalah di Suriah yang pernah didudukinya. Tapi perintah untuk menebar teror masih terus dilakukan hingga saat ini.

Bagaimana dengan Indonesia? Dalam beberapa tahun belakang ini, aksi teror bom dengan cara meledakkan diri masih terjadi. Mungkin kita masih ingat dengan ledakan bom Thamrin beberapa tahun lalu. Teror bom itu dilakukan oleh seorang pemuda, yang juga merupakan anggota JAD yang berafiliasi dengan ISIS. 

Aksi teror bom di beberapa gereja juga terjadi di Surabaya tahun lalu. Aksi bom bunuh diri ini bahkan dilakukan oleh keluarga. Dari bapak hingga anak-anaknya. Sungguh miris. Semuanya itu terjadi karena mereka telah terpapar konten radikalisme, dan masuk dalam jaringan terorisme.

Apakah penyebaran propaganda radikalisme itu masih berlangsung? Masih. Maraknya hoaks dan hate speech yang muncul beberapa tahun belakang ini, tak bisa dilepaskan dari pengaruh kelompok ini. Dan ketika memasuki tahun politik, kelompok radikal berhasil mempengaruhi oknum elit politik. 

Kini, penyebaran hoaks dan hate speech, tidak hanya dilakukan oleh simpatisan ISIS, tapi juga dilakukan oleh masyarakat awam yang tidak bergabung dengan jaringan teror. Dan masyarakat yang terpapar inilah, yang bisa berpotensi menjadi pelaku teror selanjutnya.

Menjadi pelaku teror tentu bukan menjadi keinginan manusia yang sadar. Tapi menjadi pelaku teror dengan alasan tertentu, bisa jadi akan dilakukan oleh sebagian orang. Dan alasan tertentu itulah yang biasanya dikemas dalam bentuk hoaks. 

Meledakkan diri dianggap sebagai bagian dari jihad, adalah salah satu bentuk hoaks yang sering mereka munculkan. Padahal, dalam ajaran Islam sama sekali tidak pernah mengajarkan melakukan jihad dengan cara meledakkan diri. Jihad yang benar dilakukan dengan cara-cara yang santun, yang tidak pernah menyakiti orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun