Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pers dan Gotong Royong Membersihkan Hoaks dan Ujaran Kebencian

16 Februari 2019   12:48 Diperbarui: 16 Februari 2019   13:31 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stop Hoax - youtube.com

Budaya Indonesia adalah saling tolong menolong antar sesama. Tidak peduli apa agama dan latar belakangnya, semuanya bisa hidup saling berdampingan. Begitulah sejatinya di Indonesia. Kerukunan antar umat beragama sudah terjalin sejak dulu hingga sekarang. Memang, dalam perkembangannya nilai-nilai kearifan lokal tersebut dikikis oleh kemajuan jaman dan ulah oknum masyarakat tertentu, yang terus mempropagandakan radikalisme di Indonesia. Dalam perjalannya, ujaran kebencian yang juga bisa memicu menguatnya radikalisme terus bermunculan.

Sadar atau tidak, tahun politik ini juga memicu menguatnya bibit radikal di Indonesia. Lihat saja, orang bisa saling berseteru, saling caci, bahkan ada yang melakukan persekusi, hanya karena berbeda pilihan politik. Masa kampanye yang seharusnya digunakan untuk mendiskusikan gagasan dan program, justru dimanfaatkan untuk saling menyerang dengan hoax dan ujaran kebencian. Masyarakat yang terprovokasi, akhirnya terpicu untuk untuk terus menyebarkan informasi bohong. Dan masyarakat yang tingkat literasinya rendah, mempercayai kebohongan itu tanpa melakukan cek ricek terlebih dulu terhadap informasi tersebut. Tentu saja hal ini tidak boleh didiamkan.

Sebagai salah satu pilar demokrasi, pers harus bisa meluruskan informasi yang salah. Pers harus tetap menjadi rujukan informasi bagi siapapun. Untuk itulah, penting kiranya pers harus tetap menjaga kredibilitas dan integritasnya. Pers juga harus bisa memunculkan informasi yang mencerdaskan, bukan informasi yang bernuansa provokatif. Pers harus bisa merangkul semua kepentingan. Idealnya memang pers harus bebas kepentingan. Namun faktanya sulit sekali mendapatkan pers yang bebas kepentingan. Karena pemilik media umumnya juga mempunyai hubungan atau kedekatan dengan partai politik.

Karena itulah mari kita mengingatkan kembali tentang pentingnya menjaga budaya gotong royong. Mari kita saling mengingatkan. Mari kita dorong agar di tahun politik ini, banyak diskusi tentang gagasan dan program di media mainstream dan media sosial. JIka sebagian pers sibuk dengan kepentingan politik, dan kita sebagai masyarakat tidak mengingatkan pentingnya melawan hoax dan ujaran kebencian, akan semakin banyak generasi penerus yang terpapar kebencian. Dan ketika kebencian itu telah menular ke sebagian generasi muda, pada saat itulah bibit radikal siap menyebar ke semua orang.

Mari kita saling bersinergi.  Media mainstream dan media sosial harus bersinergi untuk memunculkan pesan damai. Jurnalis dan dan masyarakat juga harus saling bersinergi, untuk terus saling mengingatkan, bahwa Indonesia bukanlah negara konflik. Indonesia adalah negara yang toleran, saling menghargai dan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan persatuan. Jika generasi muda di era kemerdekaan bisa bersatu mengusir penjajah, di era milenial ini, generasi muda juga harus bersatu melawan hoax dan ujaran kebencian. Pers sebagai pilar demokrasi juga mempunyai tanggung jawab yang sama, mewujudkan Indonesia damai bebas dari kebohongan dan kebencian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun