Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mewujudkan Keadilan Sosial Melalui Semangat Zakat

9 Juni 2018   07:08 Diperbarui: 9 Juni 2018   08:16 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saling Membantu - khazanahalquran.com

Sebagai makhluk sosial, manusia ditakdirkan tidak bisa hidup sendiri. Manusia juga ditakdirkan untuk saling tolong menolong antar sesama manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, praktek semacam itu memang sering kita temukan.

Budaya gotong royong yang dilakukan oleh seluruh masyarakat Indonesia, menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia pada dasarnya merupakan masyarakat yang gemar menolong. Memang, dalam perkembangannya budaya tersebut terus terkikis oleh budaya modern. Namun sebagian masyarakat masih memegang teguh budaya tersebut.

Tidak hanya secara adat istiadat, budaya saling berbagi dan tolong menolong ini juga dianjurkan di dalam ajaran agama. Dalam Islam misalnya, budaya saling berbagi itu diajarkan melalui ibadah zakat. Zakat merupakan hal yang wajib bagi seluruh umat muslim yang mampu. Zakat ini dimaksudkan agar umat muslim yang mempunyai harta berlebih, bisa membantu yang kurang berkecukupan.

Dalam dimensi sosial, zakat dimaksudkan untuk menggugah kesadaran kita.  Bahwa dalam setiap harta yang kita punya, ada hak orang-orang tidak mampu. Ingat, 2,5 persen dari gaji yang setiap bulan kita terima, merupakan hak dari orang-orang yang tidak mampu. Sudahkah kita bersedekah, berbagi  atau berzakat selama ini?

Sadar atau tidak sadar, zakat juga telah mengajarkan kepada kita tentang prinsip-prinsip keadilan sosial. Tuhan menciptakan segala sesuatu dimuka bumi ini, ditujukan bagi semua golongan. Tidak boleh dikuasai sendiri oleh golongan tertentu. Termasuk dengan harta kekayaan, harus bisa dirasakan atau dinikmati oleh semua orang.

Bagi orang miskin yang selalu hidup dalam kondisi yang kekurangan, tentu menjadi kewajiban bagi orang kaya, untuk mendistribusikan sebagian dari hartanya. Jika hal ini bisa dilakukan oleh semua orang yang memiliki kelebihan harta, maka prinsip keadilan sosial itu bisa diwujudkan.

Jika kita bisa saling membantu, saling bersedekah atau konsisten mengeluarkan zakat, tentu akan bisa berdampak pada meningkatnya rasa solidaritas antar sesama. Tidak ada jurang pemisah antar yang kaya dan miskin. Semuanya setara. Karena memang pada dasarnya semua manusia itu mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Dan di mata Tuhan, semua orang itu sama. Yang membedakan adalah kadar keimanan dan ketakwaan. 

Orang kaya ataupun miskin, dianggap sebagai orang yang sama, tidak ada pembedanya. Jika tidak ada bedanya, kenapa masih ada orang kaya yang tidak mau berbagi kepada orang miskin? Apakah kita juga termasuk orang yang semacam itu? Mari kita introspeksi.

Mari kita jadikan bulan Ramadan ini sebagai bulan momentum. Banyak orang gemar berbagi ketika bulan Ramadan, tapi enggan berbagi ketika bulan biasa. Memang Ramadan merupakan bulan suci yang dipenuhi berkah, tapi berbuat baik kepada sesama, tidak boleh melihat hari baik, bulan baik ataupun sebaliknya. Berbuat baik harus dilakukan setiap hari, kapan saja dan dimana saja.

Sayangnya, tidak semua umat muslim gemar berbuat berbuat baik. Tidak semua orang Indonesia berbuat baik. Meski adat istiadat dan ajaran agama menganjurkan untuk saling berbagi ataupun memberikan pertolongan, masih saja kalah dengan provokasi kebencian dan radikalisme. Mari kita mulai mewujudkan semangat keadilan, melalui semangat membagikan zakat. Karena esensi dari zakat adalah, saling berbagi, saling berempat dan saling tolong menolong antar sesama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun