Susahkan mewujudkan perdamaian di era milenial seperti sekarang ini? Pertanyaan ini dimaksudkan untuk menjadi bahan introspeksi buat kita semua. Bahwa mewujudkan perdamaian, harus dilakukan oleh semua pihak, termasuk kita semua. Siapa yang tepat untuk dijadikan panutan, dalam mewujudkan perdamaian? Bagi yang beragama Islam, tentu Nabi Muhammad SAW adalah panutan yang bisa dijadikan tauladan. Kemarin, umat muslim baru saja memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dengan merenungkan keteladanan Nabi, seharusnya negeri ni bisa lebih bersatu lagi.
Ada apa dengan negeri ini? Bukankah Indonesia aman-aman saja? Betul. Indonesia aman, dalam artian tidak ada penjajahan secara fisik. Tapi ancaman perpecahan di dalam negeri ini bisa berpotensi terjadi, jika masyarakatnya masih gemar melakukan ujaran kebencian. Karena melalui kebencian inilah, bibit radikalisme dan toleransi ini berasal. Melalui kebencian inilah, amarah pribadi bisa berkembang menjadi amarah kolektif, jika provokasi terus dilakukan secara masif. Untuk itulah, melalui semangat Maulid ini, mari kita introspeksi. Mari kita teladani semangat Nabi Muhammad SAW dalam menjaga perdamaian.
Indonesia adalah negara dengan luas yang sangat besar, tapi mempunyai tingkat keberagaman yang tinggi. Keberagaman inilah bisa memicu konflik, jika tidak bisa dijaga dengan baik. Bibit itu masih terlihat hingga saat ini. Papua misalnya, masih terdapat kelompok sipil bersenjata. Jaringan teroris juga tersebar di berbagai tempat, yang bisa menjadi ancaman bagi negeri ini. Mari kita sudah permusuhan ini. Karena kita semua adalah bersaudara, sudah semestinya kiuta saling berbuat baik antar sesama.
Dalam Al Quran disebutkan, "sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara. Karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapatkan rahmat." (QS Al Hujurat (49):9. Ayat diatas semestinya menjadi tuntuna kita semua. Dan jika kita saling berbuat baik antar sesama, tanpa membedakan RAS, kita akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Seperti yang dijelaskan dalam QS Yunus : 25, "bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kelak didalamnya."
Dengan meneladani Nabi Muhammad, semestinya tidak ada lagi bibit radikalisme dan terorisme, yang selama ini disebarluaskan oleh kelompok radikal. Seperti yang dikatakan imam besar masjid Istiqlal Nazaruddin Umar beberapa waktu lalu, "keteladanan Nabi Muhammad harus kita jadikan pegangan dalam memelihara perdamaian dan kesatuan NKRI dari berbagai ancaman perpecahan, seperti ancaman paham radikal terorisme. Untuk itu peringatan Maulid Nabi hari ini harus menjadi bahan merefleksi untuk kembali menghadirkan 'Nur Muhammad' yang tentunya dapat mencerdaskan dan menguatkan umat."
Dengan mewujudkan perdamaian, Indonesia akan terjaga dari segala pengaruh buruk. Dengan meneladani sifat Nabi Muhammad SAW, Indonesia akan dipenuhi oleh generasi penebar kedamaian. Tidak ada lagi ujaran kebencian hanya karena perbedaan kepentingan. Semuanya bisa hidup rukun, saling berdampingan, saling menghormati dan tolong menolong antar sesasama.