Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Meski Tak Sama, Kita Tetap Bisa Kerja Sama

29 Oktober 2017   18:09 Diperbarui: 29 Oktober 2017   18:14 1790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: jbmetrics.com

Tuhan membekali manusia dengan akal dan pikiran. Dengan bekal inilah, yang membedakan antara manusia dengan makhluk Tuhan yang lain. Dengan bekal ini pula, yang membuat manusia bisa membedakan mana benar mana salah. Namun, Tuhan menciptakan manusia saling berbeda. Ada yang dilahirkan menjadi Islam, Kristen, Hindu, Budha ataupun Konghucu. 

Ada yang dilahirkan menjadi Jawa, Papua, Kalimantan, ataupun yang lain. Ada juga tumbuh dan besar dari Batak, Mentawai, Asmat, atapun suku-suku yang lain. Dalam wilayah yang lebih luas, ada yang diciptakan menjadi Indonesia, Amerika Serikat, Turki, ataupun negara yang lain. Semuanya itu adalah takdir Tuhan.

Lalu, apa maksudnya Tuhan menciptakan manusia saling berbeda? Dalam QS Al Hujurat ayat 13 dijelaskan , "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Menurut ayat diatas jelas disebutkan, agar manusia saling mengenal. Dalam interaksi itulah, diharapkan diantara manusia bisa saling mengerti dan memahami perbedaan masing-masing. Jika seorang Jawa datang ke pedalaman Papua, harus paham betul bagaimana budaya mereka. Begitu juga seorang muslim, juga harus tahu kalau cara beribadah masyarakat yang beragama non muslim berbeda. Karena perbedaan itulah, diperlukan adanya toleransi antar umat beragama. 

Diperlukan sikap saling menghargai dan menghormati. Meski muslim berkembang menjadi mayoritas, tidak boleh semena-mena. Meski ibukota ada di Jawa, juga tidak boleh semena-mena dengan pendatang.

Kemarin, Indonesia baru saja memperingati hari sumpah pemuda. Pada 28 Oktober 1928, ratusan pemuda dari berbagai daerah berkumpul menjadi satu. Mereka ada yang berasal dari Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan masih banyak daerah lainnya. Meski mereka berasal dari suku yang berbeda, mereka mempunyai keinginan yang sama, yaitu lepas dari penjajahan. 

Semua suku yang ada ketika itu menginginkan kemerdekaan. Atas dasar keinginan yang sama itulah, perbedaan tidak menjadi persoalan. Bahkan, mereka mengikrarkan berada di tanah yang sama, hidup dalam bangsa yang sama, dan menggunakan bahasa yang sama, yaitu Indonesia.

Dari sini kita bisa belajar, meski mereka tak sama, tapi mereka tetap bisa bekerja sama. Bekerja untuk mewujudkan kemerdekaan. Dan kini, setelah merdeka, kerja sama itu harus terus dipertahankan meski tak memiliki kesamaan. Jangan sampai, hanya karena ketidaksamaan, Indonesia hancur. Manusianya saling membenci dan mencaci, hanya karena yang lain dianggap berbeda. Mari kita saling introspeksi. Mari gunakan momentum Sumpah Pemuda sebagai ajang untuk saling menguatkan. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun