Mohon tunggu...
Ahmad Ali Rendra
Ahmad Ali Rendra Mohon Tunggu... Lainnya - Kartawedhana

Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kab. Hulu Sungai Selatan - Kalimantan Selatan Pemerhati Budaya dan Sejarah Pemandu (khusus) Museum Rakyat Kab.Hulu Sungai Selatan Pembina komunitas Dapur Budaya HSS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Negeri para kesatria di tanah Kalimantan [bagian II]

14 Februari 2022   09:40 Diperbarui: 14 Februari 2022   11:42 2288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi) by @hangpcdua : pinterest

Kejadian terbunuhnya Controleur dan Adspirant Belanda tersebut segera sampai kepada pejabat-pejabat Belanda di Kandangan.  Kemarahan pihak Belanda tidak dapat terbendung lagi.

Besok harinya pada hari Senin tanggal 19 September 1899 sekitar jam 1.00 siang pasukan Belanda datang untuk mengadakan pembalasan terhadap penduduk. Serangan pembalasan tersebut dipimpin oleh Kiai Jamjam "putera daerah sendiri" (pejabat serta jagoan dari kalangan elite pribumi di Amandit/Kandangan yang berada dipihak Belanda), dengan diperkuat oleh 2 Kompi serdadu Belanda bersenjata lengkap mereka menggempur habis-habisan basis para pemberontak (pejuang) di Hantarukung. Kecamuk begitu dahsyat dimana rakyat hanya bersenjatakan parang, tombak dan bambu runcing melawan prajurit bersenjatakan lengkap utusan Belanda tersebut. Panglima Bukhari, H. Matamin dan Landuk serta Pengerak Yuya gugur di tembus peluru emas pasukan Belanda dibawah pimpinan Kiai Djamdjam, "pembersihan" para pejuang tersebut dilakukan dengan sangat kejam dan keji mereka ditangkap juga ada sebagian yang dihukum gantung. Peristiwa itu kemudian diingat dalam sejarah Kalimantan Selatan sebagai tragedi pemberontakan"Hamuk Hantarukung" sebagai peristiwa berdarah yang amat memilukan.

Sumber : Lukisan Perang Banjar by Idwar Saleh
Sumber : Lukisan Perang Banjar by Idwar Saleh

Makam Panglima Bukhari, Landuk dan H.Matamin di Parincahan.
Makam Panglima Bukhari, Landuk dan H.Matamin di Parincahan.

Seperti yang penulis kemukakan sebelumnya para jagoan atau kesatria dari Banjar tidak selalu suci atau berada pada posisi yang benar, hitam ataupun putih pilihan mereka juga mewarnai dinamika sejarah yang ada. Keperkasaan dan ketangkasan para kesatria Banjar sangat banyak terekam dalam laporan-laporan serta literatur yang ditulis oleh pihak kolonial dalam proses penaklukan negri Banjar. Pihaknya "menyesalkan" dalam episode "Perang Banjar" ini dirasa cukup merugikan Belanda dimana berpuluh-puluh orang terbaik yang berasal dari "perwira tinggi" militer Kerajaan Belanda tewas dalam priode Perang Banjar ini hingga oleh pemerintah Belanda dibuatkan 2 buah monumen yang dibangun untuk memperingati dan mengenang para perwira tinggi Belanda yang gugur dalam kecamuk perang Banjar yang dahsyat tersebut.

Kantor Residen ini sekarang menjadi mesjid Sabilal Muhtadin source by Sumber  : www.kolonialemonumenten.nl
Kantor Residen ini sekarang menjadi mesjid Sabilal Muhtadin source by Sumber  : www.kolonialemonumenten.nl

Sumber :http://www.kolonialemonumenten.nl (diduga dulu ada di dekat tangsi Belanda di Kandangan)
Sumber :http://www.kolonialemonumenten.nl (diduga dulu ada di dekat tangsi Belanda di Kandangan)

Namun untuk mengabadikan simbol kemenanganya atas "Perang Banjar" yang masyhur itu. Ada 3 kepala diantara tokoh pemimpin Perang Banjar berhasil didapatkan oleh pihak Belanda dengan cara keji yaitu kepala Demang Lehman, Tumenggung Jalil dan Penghulu Rasyid dimana setelahnya dibawa langsung ke Kerajaan Belanda untuk dipersembahkan kepada penguasa Kerajaan Belanda masa itu. Ketiga tengkorak para Kesatria Banjar tersebut hingga saat ini pun masih disimpan oleh Kerajaan Belanda. Namun belakangan sudah ada beberapa upaya Pemerintah Republik Indonesia dan Provinsi Kalimantan Selatan terhadap Kerajaan Belanda agar segera memulangkan tengkorak kepala para "Kesatria Banjar" ini.

Potret
Potret "Demang Lehman" menjelang eksekusi matinya. Sumber : KITLV

Negeri Belanda pernah memperingati hari Berkabung Nasional pada 1 Januari 1860. Hal itu ditenggarai atas dahsyatnya "Perang Banjar" dimana pada tanggal 26 Desember 1859 kapal perang Onrust (Stoomschip Onrust) yang dibuat dengan biaya 92 ribu Gulden dan merupakan kapal perang terhebat pada zaman itu harus tenggelam bersama Komandan Van der Velde dan seluruh awak kapalnya akibat amukan Prajurit Banjar dan Dayak saat pecahnya Perang Banjar di hulu Sungai Barito.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun