Mohon tunggu...
Ahmad Ali Rendra
Ahmad Ali Rendra Mohon Tunggu... Lainnya - Kartawedhana

Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kab. Hulu Sungai Selatan - Kalimantan Selatan Pemerhati Budaya dan Sejarah Pemandu (khusus) Museum Rakyat Kab.Hulu Sungai Selatan Pembina komunitas Dapur Budaya HSS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hulu Sungai Ibu Kandung dari Kalimantan Selatan

4 September 2021   15:30 Diperbarui: 4 September 2021   15:34 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta Wilayah Afdeling Hulu Sungai (II) 1937 

Oleh : Rendra

Pemerhati Sejarah dan Budaya
Wakil Ketua Syarikat Adat, Sejarah dan Budaya ( SARABA)  Hulu Sungai
Admin IG Sejarah :@tahukah_pian

Mayoritas penduduk di daerah Kalimantan Selatan pada masa lalu hingga masa sekarang terutama suku Banjar ditandai oleh budaya yang khas, yakni kebudayaan sungai. Sejak dulu sungai berfungsi sebagai jalur lalu lintas utama antara daerah pesisir dan daerah pedalaman, pada muara dan persimpangan sungai terdapat konsentrasi penduduk dalam bentuk kampung, bandar maupun  keraton.

Sungai menghasilkan air untuk keperluan rumah tangga juga untuk mengairi persawahan pasang surut dan juga menghasilkan ikan. Melalui sungai dikembangkan beberapa kebudayan baru dan ekspansi kekuasaan setempat. Beberapa sungai dibuat memanjang di sepanjang sungai, terdiri dari rumah ditebing dan rumah diatas rakit ( Idwar: 1978 : hlm.12).

Sungai Tabalong, Batang Alai, Batang Pitap, Labuan Amas, Amandit dan Tapin adalah tempat konsentrasi populasi sejak zaman dulu. Umumnya beberapa DAS pada wilayah Hulu Sungai tersebut berpangkal di Pegunungan Meratus yang juga merupakan anak dari sungai Nagara, dimana sungai Nagara pun merupakan anak dari Sungai (besar) Barito dan terus bermuara sampai di Laut Jawa.

Pasca perang Banjar tepatnya setelah tahun 1865 dari Banjarmasin ke Hulu Sungai dibuat jalan pos kuda (Idwar Saleh : 1978). Seluruh penduduk kampung disuruh pindah ke jalan besar di daratan. Berubahnya iklim kekuasaan dan jenis pemerintahan dari Kesultanan Banjar menjadi Pemerintahan Hindia-Belanda cukup besar mempengaruhi model transportasi dan susunan konsentrasi pemukiman masyarakat, Staatblad tahun 1898 no 178 tentang pembagian 2 Ibukota Hulu Sungai yang semula terpusat di Amuntai ( Banua 5) kemudian dibagi menjadi dua Afdeling yaitu Afdeling Kandangan dan Afdeling Amuntai.

Peraturan baru tersebut justru berpengaruh kepada konsentrasi pembangunan di daratan, khususnya daerah dibawah Afdeling Kandangan yg meliputi Onderafdeling Banua ampat dan Margasari, Onderafdeling Batang Alai dan Labuan Amas, dan Onderafdeling Amandit dan Nagara. Pembangunan kota-kota modern baru dikerjakan pemerintah dan konsentrasi pemukiman di Hulu Sungai dialihkan (lebih) ke daerah daratan rendah-sedang yaitu pada distrik Amandit, Batang Alai dan Banua Ampat.

Sejak zaman feodalisme kesultanan Banjar, wilayah Hulu Sungai juga terkenal mempunyai banyak padang/hutan perburuan yang kaya akan binatang buruan, di darah Tabalong yaitu didaerah Bongkang, Botok-botok, Mahi dan Sungai Rutas, sedangkan di Banua Lima ada di daerah Padang Paramian, Hakurung, Tampakang, Lampihong, Paringin dan Paminggir dan pada daerah Alai berada di Pagat, Birayang, Panyiuran dan Batu Mandi sedangkan didaerah Amandit-Nagara di Pulau Warik ( Bawah Pulantan), Sangiang Gantung, Bajayau, Balimau, Ulin, Sungai Raya, Jambu dan Lungau, di pada daerah Banua Ampat atau Rantau berada di Pinang Babaris, Karangan Putih, Margasari, Buas-buas dan Binuang ( Idwar Saleh : 1978 :hlm 22 ).

Selain itu di daerah Hulu Sungai juga terdapat beberapa macam upacara – upacara adat yang begitu khas sekaligus syarat akan di nilai kebudayaan. Seperti Manyanggar Padang di daerah Bangkau, Manyanggar Banua didaerah Barikin dan Aruh Ganal pada masyarakt perbukitan Meratus. 

Upacara atau ritual adat tersebut hemat penulis adalah bentuk dari local wisdom masyarakt wilayah kawasan Hulu Sungai terhadap alam sekitarnya. Mereka meminta perlindungan dan keselamatan kepada yang Maha Kuasa dan berharap hidup yang baik serta aman berdampingan dengan para mahluk gaib yang mereka yakini menghuni tempat yang sama namun pada dimensi berbeda dengan dunia yang mereka huni. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun