Mohon tunggu...
Ahmad Raziqi
Ahmad Raziqi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dari Gender Islami ke "Leader" Amanah

2 Maret 2018   17:49 Diperbarui: 2 Maret 2018   18:15 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dari Gender Islami Ke Leader Amanah

'Oleh: Ahmad Raziqi'

Terouma besar dari adanya tragedi penindasan, diskriminasi, emansipasi dan pengasingan baik berupa peran sosial, status sosial dan kodrat manusia akan melahirkan sebuah pemikiran baru yang itu bersifa perubahan. Baik kearah positif atau negatif. Peran sentral kehidupan memang tidak terlepas dari adanya perempuan dan laki-laki maka dari itu Rasulallah menyebutkan, Ummuka, Ummuka, Ummuka lalu Abika. Disitu sudah tampak jelas bahwa wanita sangat dimuliakan dalam menunjang kehidupan sosial.

Dari aspek pendekatan teori historis tentang peran penempatan, hak seorang perempuan yang bermula dari pandangan kolot orang-orang dulu, bahwa wanita cukup berperan dari hanya mulai kasur, sumur dan dapur, saat ini wanita kemudian bertransformasi dengan lebih kompeten dari pada seorang laki-laki melalui semangat kesetaraan gender. Apakah kesetaraan gender itu?.

Kata gender dapat diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status dan tanggungjawab pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan (konstruksi) sosial budaya yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian gender adalah hasil kesepakatan antar manusia yang tidak bersifat kodrati. Oleh karenanya gender bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dan dari satu waktu ke waktu berikutnya. Gender tidak bersifat kodrati, dapat berubah dan dapat dipertukarkan pada manusia satu ke manusia lainnya tergantung waktu dan budaya setempat.

Gender berasal dari bahasa Latin, yaitu "genus", berarti tipe atau jenis. Menurut istilah Gender adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan. Gender berbeda dengan seks. Gender ditentukan oleh sosial budaya setempat dan psikologis, sedangkan seks diartikan sebagai jenis kelamin dan hal yang berhubungan dengan alat kelamin" "Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi, hak, tanggung jawab, dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat dari kelompok masyarakat yang dapat berubah menurut waktu serta kondisi setempat.

Tanggung jawab dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat dari kelompok masyarakat yang dapat berubah menurut waktu serta kondisi setempat. "Gender refers to the economic, social, political, and cultural attributes and opportunities associated with being female and male. The social definitions of what it means to be female or male vary among cultures and changes over time.(merujuk pada atribut ekonomi, sosial, politik dan budaya serta kesempatan yang dikaitkan dengan menjadi seorang perempuan dan laki-laki. Definisi sosial tentang bagaimana artinya menjadi perempuan dan laki-laki beragam menurut budaya dan berubah sepanjang jaman).

Bagamiana  sebetulnya semangat kesetaraan gender itu. Filosofis dari adanya semangat kesetaraan gender dalam konteks barat dan islam barat tentu sangat berbeda. Dejelaskan oleh Ust Abdul Somad Lc. Bahwa peradaban barat di bangun dari atas rasa dendam, lain hanya dengan peradaban islam yang dari "inamal A'Malu Binniyati". Dari situ mka tentunya dimulailah sebuah kritik dan melahirkan golongan atau faham yang baru dari prodak pemikiran barat seperti demokrasi dan yang masuk pada pembahasan ini adalah lahirnya faham feminisme yang timbul dari rasa sakit hati perempuan terhadap laki-laki yang berlaku semena-mena.

Dalam konteks pemikiran barat feminisme terbagi menjadi tiga madzab, menurut Ust Abdul Somad pertama  madzab ekstream, kedua madzab pertengahan, ketiga madzab bawah. Madzab ekstream ini sangat parah sampai mengkafirkan perempuan berhubungan dengan laki-laki, yang pertengahan benci terhadap laki-laki tapi tidak mengkafirkan, yang bawah dendap terhadap kekangan tokoh agama di abad pertengahan. Tentu hal ini tentu akan menimbulkan anomali terhadap maidset kita terhadap gender, karena terbentuknya madzab-madzab feminisme barat diatas tersebut berpatokan terhadap filosof-filosof Ateis.

Sesungguhnya gender dalam islam sudah diatur. Dimulai dari pembebasan kaum wanita dizaman jahiliah oleh baginda Nabi Muhammad SAW yang menurut tradisi mereka bayi wanita merupakan aib dan harus dikubur hidup-hidup. Dalam Al-Qur'an sudah banyak dijelaskan bagaimana hak-hak dan kedudukan wanita dibidang sosial, budaya, politik, pendidikan dan lain sebagainya seperti:

Artinya : "Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu (Q.S An-Nisa : 32)"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun