Mohon tunggu...
Ahmad Qoyyim Musaddad
Ahmad Qoyyim Musaddad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Calm

PBS UIN Maulana Malik Ibrahim

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Santri sebagai Aset Utama dalam Jihad Mempertahankan Nilai Agama Islam di Indonesia

22 Oktober 2021   00:29 Diperbarui: 22 Oktober 2021   00:38 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Santri.. Apa yang kita pikirkan ketika mendengar kata santri? Sebagian besar orang mungkin mengira bahwa santri hanyalah sekelompok pemuda dan pemudi yang mendedikasikan dan menghabiskan sebagian besar masa remajanya di sebuah pondok pesantren, jarang berinteraksi dengan dunia luar, memiliki tingkat pendidikan akdemis yang rendah, dan lain sebagainya.

Tapi tahukah anda? Sebenarnya santri merupakan komunitas yang lebih dari itu dan memiliki peran yang begitu besar bagi Indonesia di masa lalu dan untuk masa mendatang. Jika kita melihat perjuangan Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan di masa lalu tidak luput dari perjuangan kaum muslimin khususnya para santri yang ada di Indonesia. 

Para santri berjuang dalam meluruskan paham-paham dan ideologi masyarakat yang goyah pada saat itu. Mereka berjuang agar para warga mau berjuang mempertahankan NKRI ini dan membangkitkan semangat rela berkorban untuk melawan para penjajah.

Selain itu, para santri di zaman sekarang juga berperan besar dalam kelangsungan umat islam yang ada di Indonesia. Karena menurut saya, melihat Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia sudah semestinya warga Indonesia menjaga nama baik negara dan agama Islam di mata dunia. 

Tetapi, melihat kondisi realita di zaman sekarang ini, masyarakat Indonesia begitu memprihatinkan akan masalah wawasan religiusnya terutama yang beragama Islam. Tak sedikit warga yang statusnya di dalam KTP itu memeluk agama Islam tetapi perilaku dan gaya hidupnya masih saja meniru budaya-budaya barat atau yang sering kita sebut sebagai muslim KTP. 

Kesadaran mereka akan kewajiban ibadah sangat kurang dan tidak mencerminkan seorang muslim sama sekali. Alih-alih menjumpai orang yang pandai ilmu agamanya, bertemu orang yang benar-benar memperhatikan sholat lima waktu saja sudah tidak begitu sering kita jumpai. 

Sering saya perhatikan orang-orang di sekitar saya melewatkan waktu sholat dan sama sekali tidak merasa bersalah ataupun terbebani sedikitpun. Mereka ini haya sholat masih bersifat moody atau menunaikan ketika mereka ingin saja. Tak jarang ketika saya nongkrong dengan  mereka saya ajak untuk sholat berjamaah, sesekali mereka mau tetapi tak jarang mereka menolaknya dan memilih untuk sholat di rumah saja. 

Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Muslim Indonesia tak sedikit yang masih menganggap sholat lima waktu itu hanyalah sebuah kewajiban ibadah yang terkadang masih mereka lalaikan, mereka belum sampai pada titik dimana sholat lima waktu itu merupakan sebuah kebutuhan batin mereka yang mana ketika mereka belum melaksanakannya di dalam hatinya akan muncul rasa khawatir dan cemas karena kewajibannya belum ia lakukan, ia juga takut akan dosa melalaikan sholat sebagai ibadah wajibnya. 

Sihingga, dalam kasus ini mengindikasikan bahwa warga Indonesia membutuhkan seorang dai ataupun mendakwah untuk menyadarkan dan menanamkan rasa tanggung jawab dalam memeluk agama Islam yang bisa dimulai dengan berusaha memelihara sholat lima waktu, berusaha menunaikannya di awal wakktu dan dianjurkan berjamaah. Dengan menanamkan jiwa tersebut, seiring berjalannya waktu jiwa religius seseorang akan berkembang dengan sendirinya.

Selain kasus tersebut, ada sebuah kasus dimana seseorang ini sebenarnya memiliki ilmu dan pemahaman yang cukup luas tetapi ia tidak mengamalkannya. misalkan saja si A ini memahami dan mengerti akan larangan dan hukum meminum alkohol, tetapi karena faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan ia akhirnya melakukannya juga. 

Dan biasanya orang yang sudah terlanjur mencoba sesuatu maka dia akan mencobanya lagi dan lagi alias ketagihan. Ini tidak hanya terjadi pada kasus minum alkohol saja, tak sedikit pula para remaja yang kurang pengawasan orang tua akhirnya melakukan hubungan seks di luar nikah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun