Mohon tunggu...
Ahmad Nurzaky
Ahmad Nurzaky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pendiam yang kritis.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Eksplorasi Kecil

16 Oktober 2022   11:15 Diperbarui: 16 Oktober 2022   11:24 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, hai teman-teman apa kabarnya? Semoga kalian dalam keadaan baik ya. Aku disini ingin sedikit menuangkan ceritaku dalam bentuk tulisan tebtang penjelajahanku di salah satu tempat yang bagus di Jakarta. Selamat membaca..

Pagi itu alarmku berbunyi kemudian aku terbangun kulihat ponsel pintarku ternyata jam menunjukkan pukul 04.20 pagi, aku ingin bangun tetapi ragaku begitu berat bagaikan kasur ini memelukku erat-erat dan pada akhirnya aku tak jadi terbangun dan kembali tertidur. Langit telah membiru aku baru tersadar ternyata aku kesiangan dan dengan segera kulihat lagi ponsel pintarku ternyata jam menunjukkan pukul 05.33 pagi, aku pun masih membaringkan badan dalam keadaan tak tidur lalu mencoba bangun dan duduk di tepi ranjang. Aku berdiri dan pergi mengambil peralatan mandi dan bergegas untuk mandi. Dingin sekali pagi itu badanku menggigil dan hampir muntah karena kedinginan, singkat cerita aku telah selesai, aku pun menunaikan sholat subuh pukul 05.46 pagi, kemudian aku merapihkan kasurku dan bersiap-siap untuk pergi. Aku beranjak pergi dari asramaku kemudian membeli bubur ayam dipinggir jalan, tujuanku yang pertama aku pergi ke kosan Ihsan, "tok-tok-tok" suara pintu Ihsan ku ketuk, lalu dia membuka sembari berkata "Eh Jek?", aku melihat Ihsan membuka pintu dan alangkah terkejutnya aku ternyata dia sedang sakit, selain Ihsan kulihat ada Ishaq yang sedang tertidur pulas di kasur Ihsan, sepertinya mereka berdua telah menghabiskan malam tadi bersama-sama. Aku kemudian duduk dan makan bubur ayam yang tadi kubeli di jalan sembari menawarkan kepada Ihsan, "San makan?" ucapku, "Iwya-iwya dwuluan ajwa!" ucapnya sambil menahan sariawannya. Makan pun telah selesai dan kemudia aku berkata lagi kepada Ihsan "San pinjem patu lu boleh gak?", sok aja pake aja dirak depan." jawab Ihsan, kemudian Ishaq terbangun dan bertanya "Mau kemana Jek?", "Mau ke perpusnas sama Bram, ikut gak?" Jawabku sekaligus mengajaknya, "enggak ah" jawab Ishaq, lalu aku berpamitan dengan mereka berdua "Ya udah ya gua berangkat duluan ya?", "Iya-iya gapapa tiati!" Ucap mereka. Aku pun memakai sepatu dan pergi menuju depan kampus dan menunggu angkutan umum disana, hanya 5 menit angkutan umum itu tiba lalu aku menaikinya dan turun di Stasiun Pondok Ranji untuk melanjutkan perjalanan ke Stasiun Pondok Cina untuk mengambil motor rentalku. Singkat cerita aku sudah mengambil motornya, lalu aku menghubungi Bram untuk mengabarinya, kukira dia sudah berangkat ternyata masih dirumah dengan alibi motornya tidak ada dan pada akhirnya aku pun diminta menjemputnya dirumahnya, kemudian aku berangkat dan ya aku nyasar, ntah.. aku gak tau kenapa nyasar padahal aku sudah mengikuti sesuai navigasi dari gmaps? bukannya menunjukkan rumah Bram aku malah diarahkan ke kantor kedutaan Swiss, huh.. memang sial.. lanjut saja aku kemudian menghubungi Bram lagi dan dia bilang kepadaku bahwa aku salah jalan dan pada akhirnya aku mencari jalan dan terus mencari serta bertanya-tanya kepada warga sekitar kemudian pada akhirnya aku bisa menemukan rumah Bram dan kita bertemu. Kami bertemu dan menyapa serta bersalaman sembari melakukan obrolan-obrolan kecil "Bram lu aja yang nyetir!?" pintaku pada Bram, lalu Bram menjawab "lu aja gua yang jadi navigator!", "huh" kataku. Lalu aku pun menyetir dan Bram ku bonceng, aku menyusuri jalanan kota Jakarta yang rumit dan padat melewati jalan diatas dan dibawah serta gedung-gedung besar di tepian jalan, lalu pada akhirnya aku sampai pada tujuan "Perpustakaan Nasional Republik Indonesia". Ini adalah kali pertamaku kesana, kukira sepi tapi ternyata cukup banyak juga generasi penerus bangsa yang masih suka literasi. Aku bersama Bram menuju kelantai paling atas untuk melihat pemandangan yang ada dan betapa terkejutnya aku bahwa pemandangan disana cukup bagus untuk melihat The Capital City of Indonesia. Tapi sayangnya tak sempat aku membaca buku disana Bram mengajakku pergi dari sana untuk bersilaturahmi ke rumah Pres Dwiki, dan lalu akhirnya aku setuju dan kita pun pergi kerumah Pres Dwiki untuk istirahat, sholat, dan makan. Mungkin cukup sampai disini ceritaku tentang petualangan kecilku di Jakarta, karena ceritanya masih sangat amat panjang tetapi jari ini sudah menggerutu meminta berhenti.

Burung Pelikan Burung Cendrawasih
Cukup sekian dan terimakasih,
Sampai jumpa dilain hari teman-teman. 

Mohon maaf apabila ada salah kata

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun