Mohon tunggu...
Ahmad Muttaqillah
Ahmad Muttaqillah Mohon Tunggu... Dosen - Berjuanglah menuju persatuan dan kesatuan

Praktisi Pendidikan MP UIN Jakarta Dosen Luar Biasa UMJ/UIN Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bila Pemimpin Menyayangi Rakyatnya

15 Oktober 2020   22:50 Diperbarui: 16 Oktober 2020   10:12 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemimpin yang sayang kepada rakyat adalah idaman bagi suatu bangsa. Rasa kasih sayang itu adalah rahmat dari Allah SWT. Apabila pemimpin menyayangi rakyatnya, ia pasti mensyukuri rahmat-Nya dengan bertakwa kepada Allah SWT. Ia akan bertekad sekuat tenaga tidak akan memaksakan kehendak, akan mencegah pertikaian antara rakyat dan aparat. Memiliki literasi yang kuat, menegakkan keadilan, tidak melulu pencitraan, dan menjadi contoh teladan yang baik.

Takut kepada Allah

Sang pemimpin yang sayang kepada rakyatnya adalah takut kepada Allah, Pencipta Alam Semesta. Rasa takut itu karena keimanannya yang kuat kepada Sang Khalik. Biasanya diejawantahkan dalam ibadah dan beramal saleh tanpa pamrih. Kehadirannya sebagai pemimpin disadarinya karena takdir Ilahi, sehingga ia bersungguh-sungguh dalam memimpin. Pemimpin semacam  itu selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh doa dan harapan agar rakyatnya sejahtera lahir dan batin.

Ia memahami betul dan melaksanakan mana perbuatan yang halal dan haram menurut agama yang dianutnya. Dengan pemahamannya itu ia laksanakan dan wujudkan hal-hal yang dihalalkan oleh Allah dan rasul-Nya, dan senatiasa menjauhi segala larangannya. Rasa tawadu sang pemimpin begitu menonjol sekalipun ia rahasiakan. Disebabkan takutnya kepada Allah SWT.

Seperti yang dikemukakan oleh sang Khalifah Umar bin Khattab, “Aku tidak suka tetap di dunia ini kecuali karena tiga hal; Pertama, tempat di mana aku bisa meletakkan keningku di tanah untuk bersujud kepada Allah; Kedua, tempat orang-orang berilmu berkumpul, di mana aku bisa duduk bersama mereka untuk memetik perkataan yang baik, sebagaimana dipetiknya buah yang ranum; dan Ketiga, berjihad di jalan Allah.”

 

Tidak memaksakan kehendak

Memaksakan kehendak, menurut logika adalah tidak benar. Rakyat ibarat anak-anak. Bila kita memaksakan kehendak terhadap anak-anak, apa yang akan terjadi? Tentu kekacauan, pertentangan dan pertikaian antara anak dan orang tua. Seorang pemimpin yang takut kepada Allah hal-hal semacam ini akan dihindarinya. Semua kehendak yang baik bagi orang tua untuk kepentingan anak-anaknya harus dikomunikasikan dengan bijak. Komunikasi timbal balik akan memperoleh kebenaran berdasarkan pengetahuan bersama antara orang tua dan anak-anak.

Sang pemimpin yang sayang kepada rakyatnya, ia tidak memaksakan kehendak berdasarkan pikirannya sendiri, atau sebagian pikiran pendukungnya. Sama dengan ketika sang ayah memiliki keinginan tak akan berat sebelah dengan anak-anaknya yang lain. Semua diperlakukan dengan adil, sesuai dengan keadaanya, agar anak-anak dalam kondisi yang aman, penuh kebersamaan walau berbeda dengan pandangan dengan sang ayah. Bila semua dipaksakan, apakah yang akan terjadi dalam rumah tangga? Begitu pulalah dalam bernegara.

Apabila pemaksaan kehendak dilaksanakan, maka akan melahirkan otoritarianisme dan totalitarianisme, sehingga penindasan dan ketidaadilan  terwujud. Seperti yang pernah dilakukan oleh Adolf Hitler dan penganut Karl Marx (marxisme) dan Vladimir Lenin (leninisme), diantaranya Josep Stalin,  dan Mao Zedong.

Rezim Nazi di bawah Adolf Hitler  menggenosida 6 juta orang Yahudi dan menewaskan 11–12 juta orang yang tidak ikut bertempur. Bahkan ada yang memperkirakan sampai 19,3 juta orang warga sipil tewas. Mao Zedong adalah penyebab kematian rakyat 20–46 juta orang antara tahun 1958 dan 1962.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun