Mohon tunggu...
Ahmad Munir Chobirun
Ahmad Munir Chobirun Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Penulis Lepas, Pengelola Blog ahmadmunir.page.tl

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ibu Kota Negara Baru "Nusantara" Membawa Spirit Indonesia Sentris

21 Mei 2022   18:17 Diperbarui: 21 Mei 2022   18:58 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh: Ahmad Munir, Penggiat dan Pemerhati Pembangunan di Indonesia

Indonesia, sebuah negeri kepulauan, dipisahkan oleh laut yang luas, ribuan pulau berjajar, dengan kearifan peradaban yang tinggi, telah lama menyimpan beragam keluhuran budaya dan tradisi.

Negeri yang telah lama terhubung, melalui jalur laut. Amat sangat mudah menemukan penduduk bugis di berbagai pesisir pulau di Nusantara, juga teramat mudah menemukan warga Madura yang menempati beberapa pesisir pulau kecil di Indonesia, lebih-lebih teramat sangat mudah menemukan masyarakat Jawa di berbagai pulau di Indonesia. Demikian pula, demikian mudah menemukan masyarakat minang berdagang di berbagai daerah di Indonesia. Nusantara benar-benar telah menyatu dalam bingkai dan keragaman penduduknya, yang aman sentosa dan sejahtera.

Nusantara juga dikenal pulau, yang penduduknya amat gigih bekerja, para pelautnya tidak kenal kalah, atau pantang menyerah melawan ombak dan badai. Daratannya demikian subur, beragam tanaman tumbuh, dan dapat dinikmati oleh penduduknya. Negeri yang amat kaya dengan pemikiran yang arif, penduduknya demikian ramah bersaudara bersatu padu dalam bingkai Indonesia. Maknanya, persatuan dan kesatuan negeri ini, sudah amat kuat, jalinan dan bangunan dari kakek moyang negeri ini yang sudah ribuan tahun menjelajahi samudera.

Kalau persatuan dan kesatuan sudah demikian kuat, kenapa hanya untuk memindahkan Ibu Kota Negara, masih ada penolakan dari sebagai kelompok warga?

Kembali pada konsepsi Indonesia sentris, sesungguhnya dari dulu, kita telah mengenal konsepsi pembangunan, dengan mengupayaan pemerataan, keadilan, dan kemakmuran bersama. Namun, keadaan dan kondisi yang terjadi sering berkebalikan. Tidak semua dari kita menikmati kesejahteraan hidup yang merata, sebagai akibat dari sekian faktor tentunya, yang tidak kita ketahui secara pasti, namun keadaanya nyatanya terjadi.

Ini telah menjadi keprihatinan bersama, utamanya sejak era reformasi. Keinginan untuk mendapatkan keadilan dan pemerataan kian kuat, hingga muncul Undang-undang otonomi daerah misalnya. Kesadaran itu benar-benar telah tumbuh, dan saat ini kita bisa lihat dan rasakan bersama, demikian kuat keinginan pemerintah membangun Indonesia, dengan pendekatan baru yakni "Indonesia Sentris".

Secara sederhana, Indonesia sentris dapat kita maknai, pembangunan tidak hanya berpusat pada satu titik saja, akan tetapi sesuai dengan konsepsi negara kepulauan, kita ingin semua pulau mendapat akses dan pelayanan yang sama tentang pembangunan. Akses yang sama terhadap pembangunan bermakna, distribusi hasil pembangunan hendaknya dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dalam makna yang lebih luas, pemerintah berkeinginan memberikan layanan kesejahteraan dan kemakmuran secara lebih merata.

Ibu Kota Negara (IKN) baru, yang berpusat di Kalimantan Timur, tentu merupakan bagian dari konsepsi Indonesia Sentris secara nyata. Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf dalam konteks ini menuangkan komitmen dan gagasan Indonesia Sentris secara nyata. Pembangunan infrastruktur di luar Jawa dikerjakan secara masif, sebagai modal dasar menuju akses dan pemerataan pembangunan sektor-sektor lainnya. 

Spirit Indonesia Sentris ini benar-benar akan membawa dampak yang amat sangat baik bagi Indonesia secara nyata, khususnya akses dan pemerataan pembangunan, yang dapat dinikmati seluruh anak bangsa, di seluruh wilayah tanah air Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun