Mohon tunggu...
Ahmad Munadi
Ahmad Munadi Mohon Tunggu... Salesman -

I am Realist Business Enthusiasm *wink

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sales Introduction: Proud to be Salesman

21 Mei 2016   21:11 Diperbarui: 21 Mei 2016   22:53 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SuperSalesman (sumbergambar: turnkeytec.com)

“Siapa diantara kita yang sedari kecil pernah bermimpi jadi salesman?”

Menjadi presiden, pilot, dokter, tentara, polisi, bank, guru, akuntan, insinyur, astronot, arsitek adalah beberapa jajaran top pekerjaan idaman semenjak kecil. Lalu dimana salesman? Tidak-tidak akan pernah dibahas dalam kamus anak-anak mengenai salesman. Sudah tentu juga tidak pernah dan tidak akan ada masa dimana seorang anak kecil dididik orangtuanya untuk menjadi seorang salesman.

Coba bayangkan ketika ditanya teman, keluarga atau calon mertua, “Pekerjaan kamu apa?”. Kamu sudah pasti akan tau apa respon mereka ketika dirimu menjawab “Aku Salesman”. Temanmu mungkin akan menjawab oh dan berusaha mengganti topik dan akan agak menjauh agar tidak ditawarkan produk olehmu. Keluargamu akan mengangguk dan kemudian akan berdiskusi tentang pekerjaan dan menyeletuk ini ada info pekerjaan di sana-sini. Calon mertua kamu akan terbengong sebentar kemudian tidak fokus pada pembicaraan dan akhirnya setelah usai ia berkata pada putrinya, nak dia bagus tapi kamu masih muda coba dekati teman cowok kamu yang lain.

Apa dosa seorang salesman? Banyak! Tukang ganggu, suka bohong, nipu, kurang berpendidikan, kotor panas-panasan, jelek, bau, seenaknya sendiri dll. Mungkin itu sebabnya kenapa tidak pernah diperkenalkan salesman ke anak-anak. Terlalu banyak dosa yang dilakukan, meskipun tidak semua salesman demikian. Tapi faktanya adalah lebih dari separuh pekerjaan di dunia ini dikategorikan berjualan atau salesman. Tapi tetap saja salesman tidak mau dipanggil salesman bukan?

Sekarang kamu menyadari dirimu, sudah berapa tahun kamu jadi salesman? Rasanya mungkin tahun lalu pernah memutuskan untuk pindah pekerjaan. Kenapa sampai sekarang tetap jadi salesman, Apakah ini jebakan batman? Atau lingkaran setan yang mana sekali terjebur akan tenggelam selamanya. Ataukah ini berarti jiwa dan hati ini cinta terhadap pekerjaan ini? Ah namun cinta dan benci hanyalah dibatasi oleh sehelai lapisan tipis. Kenapa tetap menjadi salesman meskipun tau besarnya pahit dan kecilnya manis.

Lalu kenapa sekarang tetap jadi seorang salesman?

Love What You Do

Pekerjaan kita bukanlah menyelamatkan nyawa seperti seorang dokter. Bukan memimpin negara seperti seorang presiden. Mendidik dengan penuh kesabaran dan cinta seperti seorang guru. Menggambar indah dan teliti seperti arsitek. Berpakaian rapi, wangi elegan dengan senyum indah seperti bank. Pekerjaan kita adalah berjualan... Ya hanya berjualan tanpa embel-embel yang keren itu.

Orang selalu bilang, salesman adalah tonggak atau garis depan sebuah perusahaan. Kalau tidak ada sales maka habislah sebuah perusahaan. Titik. Sekarang kita tau kan betapa pentingnya sebuah salesman? Kalau penting maka kenapa orang terdepan sebagai penentu maju mundurnya perusahaan nasibnya kurang beruntung. Beda to dengan dokter, guru dan lainnya. Sama-sama garis depan namun beda perlakuan. Emang nasibmu salesman, terima aja.

Kawanku salesman. Mari kita hentikan segala pikiran kotor kita dan coba kita buka hati dan pikiran untuk menerima hal positif yang kita lewatkan dan harus syukuri. Pekerjaan kita adalah pekerjaan paling fleksibel yang menunjukkan betapa dalamnya diri kita. Kita bisa sekedar jualan atau berjualan dengan memikirkan nyawa pemilik toko dan keluarganya kalo barang kita tidak ada dan tokonya jadi sepi. Kita bisa sekedar berjualan atau memimpin perusahaan kita agar para konsumen mendapatkan yang terbaik dari produk kita untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Jualan, atau jualan dengan menahan cacian toko juga atasan dan menganggapnya cinta kasih sayang ke kita karena memperhatikan kita agar senantiasa berkembang. Bebas berpakaian mau jeans atau rapi bak orang bank. Ini semua pilihan.

Datang tak diundang, tidak datang malah dirindukan. Pekerjaan mana coba yang bisa seabsurd itu? Kalau datang tak diundang, tapi kalau tidak datang malah dirindukan. Sudah kayak cinta, ahak. Maka salesman pasti pandai bercinta, ups. Pasti sudah selalu dirasakan, kalau datang malah kena teguran cacian dan lain sebagainya, tapi sekalinya tidak datang pasti akan ditelpon dan dinanti-nanti. Aneh bukan. Sudah kaya kuntilanak aja. Tapi merasakannya bukan indahnya cinta itu, ahak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun