Mohon tunggu...
Ahmad Munadi
Ahmad Munadi Mohon Tunggu... Salesman -

I am Realist Business Enthusiasm *wink

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tidak Semua Madu Itu Sama

5 Desember 2017   08:47 Diperbarui: 5 Desember 2017   09:12 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
picsource: https://coxshoney.com/wp-content/uploads/Honeycomb_FeaturedPic.jpg

Di dunia ini, ada dua rizki yang diturunkan Tuhan kepada umat manusia yang berasal dari hewan. Kedua hal ini tertulis dari semua kitab suci manapun, baik Islam maupun kristen dan agama lainnya. Dan keduanya memiliki manfaat dan juga obat bagi manusia. Kedua itu adalah susu dan madu. Begitulah intisari yang dikatakan Kang Fauzi, seseorang yang bergerak di bisnis madu.

Sebagai orang yang baru berkecimpung di per-susuan, saya membenarkan semangat dari Bapak Fauzi ini. Susu merupakan nutrisi kaya bagi manusia. Hanya dengan minum segelas susu yang tidak sampai 5 detik, manusia bisa mendapatkan kaya manfaat vitamin, mineral, protein dari susu. Belum lagi susu juga bisa menjadi obat atau penetralisisr racun dalam tubuh. Makannya ketika orang minum obat tidak disarankan dicampur dengan susu. Tapi, bagaimana dengan madu?

Madu juga kaya akan manfaat. Manfaat utama madu adalah daya tahan tubuh. Selain itu juga tentu kaya akan vitamin yang dibutuhkan tubuh. Madu tercipta dari lebah pekerja yang mengambil sari dari bunga. Sari bunga tersebut dibawanya kemudian disimpannya dalam sarangnya. 

Sari bunga yang telah menjadi madu tersebut dijadikan bahan makanan, ada yang untuk ratu lebah, ada yang untuk para pekerja dan ada yang untuk bayi lebah. Tetapi bisnis madu dan susu itu berbeda, ujar Kang Fauzi. Kalau susu, masih bisa diawetkan, dijadikan susu bubuk dan kemudian akan bertahan lama. Untuk meningkatkan produksi susu tidak repot, cukup bikin banyak sapi kasih makan yang banyak supaya gemuk dan susunya akan keluar banyak. 

Madu tidak! Madu tidak bisa diawetkan jadi serbuk madu. Kita juga tidak bisa mencekcoki lebah bunga supaya mereka gemuk seeprti halnya sapi. Madu tercipta secara alami dari lebah yang mencari bunga sendiri dan membutuhkan kawasan yang luas dan terjaga.

Dari proses penciptaan madu, maka madu termasuk barang yang produksinya terbatas sedangkan permintaan akan madu itu tinggi. Tingginya permintaan madu dan susahnya meningkatkan produksi madu membuat kenakalan para pemain usaha madu. Diakui Kang Fauzi kenakalan madu ini sudah luar biasa dan memunculkan keraguan konsumen untuk menikmati madu. 

Contoh pertama adalah tidak jarang pengusaha madu yang mencampur madunya dengan air dan gula, ini disebabkan karena keterbatasan produksi dan pemaksaan untuk memenuhi permintaan. Kelakuan ini membuat orang menjadi ragu membeli madu. Contoh kedua adalah pemain minuman atau makanan lain yang melabeli produknya dengan madu. Padahal jika dilihat harga produknya tidak mungkin dia menyertakan madu. 

Ujung-ujungnya biasanya madu yang digunakan hanyalah sepersekian tetes dan sisanya adalah perisa madu dan gula. Kelakuan ini bagi Kang Fauzi merendahkan nilai madu itu sendiri.

Memilih Madu yang Tepat

"Terus gimana cara milih madu yang asli Kang? Yang mahal? Yang impor? Yang ada tulisannya Hutan?" tanyaku pada Kang Fauzi. Sebagai pengusaha madu, dia menceritakan kisah suksesnya jualan madu sejak awal. Jurusnya hanya satu, menunjukkan ke konsumen bahwa produknya adalah 100% madu asli. 

Maka dia memperkenalkan "Tidak asli 100% uang kembali", yang kemudian diterima masyarakat sehingga dia menjadi market leader di bisnis madu, tanpa harus iklan seperti yang lain dan tanpa butuh orang marketing yang pandai cuap-cuap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun