Mengarungi lautan kehidupan dengan bahtera rumah tangga itu, selalu saja ada seninya… sebentar-sebentar gelombang datang mengayun, sebentar-sebentar ada badai kecil yang menghempas, tak jarang kadang ada angin topan yang melanda, membuat bahtera seolah limpung, terseok, bahkan bisa saja paling parah hancur berkeping-keping.
Seorang nahkoda, ibarat sebagai sang pemandu jalannya bahtera harus selalu berusaha menyiapkan segala sesuatunya agar setiap saat badai ujian itu datang, bahtera akan tetap bisa bertahan dan berlayar.
Sang suami,sebagai seorang nahkoda harus selalu berusaha menambah ilmu, mengasah keraifan, menggurinda egonya, menghaluskan budi baiknya, memperkuat tanggungjawabnya agar selalu sejalan dengan segenap penghuni bahtera yang dibawanya. Terkadang pula, sang nahkoda pun harus berhenti sejenak untuk meminta nasihat kepada para awaknya, menanyakan amanahnya selama ini sudah benar atau masih jauh dari dermaga yang dituju.
Suami perlu mendapatkan porsi pengakuan, bahwa dirinya adalah sang nahkoda, dirinya adalah sang direktur, sang penanggung jawab, selamat dan tidaknya bahtera rumah tangga, sukses dan gagalnya keluarga, bahagia dan kesedihan awaknya adalah tanggung jawabnya.
Belum lagi, tugas utama suami dan ayah sekaligus adalah memastikan kebutuhan bisa selalu terpenuhi, gas kompor masak tetap menyala, penggorengan tetap panas memasakkan makanan sebagai bekal bertahan hidup. Kebutuhan sandang juga harus terpikirkan, lebih-lebih kebutuhan akan rumah tinggal, jadi tanggung jawab amat berat yang harusnya sudah dipikirkan dan harus tersediakan oleh seorang suami.
“Ahh..rumah/harta kan bisa cari berdua dengan istri”, iya betul….tapi tetap saja kewajiban suami harus menyediakan tiga kebutuhan pokok itu demi memastikan anggota keluarga merasa tenang didalamnya.
Atas beban dan tanggung jawab berat itu, selayaknya suami mendapatkan porsinya, selayaknya para suami berhak mendapatkan pengakuan, sebagai bentuk apresiasi kita, sebagai bentuk terima kasih istri, tak perlu yang neko-neko sederhana saja…
Sambil rebahan di atas ranjang menjelang tidur malam …
Sang istri membisikkan kata …
“ Pa…papa sayang…terima kasih ya, sudah bekerja keras untuk kebahagiaan mama dan anak-anak….” Hemm…adem rasanya hati para suami mendengar kata-kata ini dari lisan para istri..
Bisa pula saat membersamai anak belajar, sanga anak menulis surat untuk papanya …