Mohon tunggu...
Ahmad Mujiyarto
Ahmad Mujiyarto Mohon Tunggu... Guru - sedang belajar

Hanya seorang yang belajar menjadi Guru SD yang Baik dan Benar...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Siti Mujanah :"Maaf Suamiku,Aku Harus Membunuhmu"

26 Desember 2011   15:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:44 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah hidup sebagian ceritanya ada yang seringkali sulit untuk kita terjemahkan dalam akal dan pikiran sehat kita.Betapa tidak semua hal yang kita lakukan,kita perbuat,kita laksanakan adalah merupakan bagian dari akumulasi keinginan hati dan pikiran,yang terlahir dengan gerak badan.Mungkin saja,ada sebagian yang terjadi bukan berangkat dari keinginan hati,atau hembusan pikiran,tapi bisa juga dari gerak refleks,dan efek keterkejutan.Yang secara simultan hal itu tentu berangkat dari pikiran alam bawah sadar seseorang.

Kejadian yang satu ini,tentu adalah buah dari ketidak wajaran,akumulasi dari emosi yang kian membumi dihati,satu kesatuan utuh dari sebuah naluri dan manusiawi,tapi meski demikian tak semestinya kejadian mengenaskan ini harus dibenarkan dengan oleh akal manusia yang masih sadar.

Mungkin saja kejadian ini sudah sering mampir ditelinga kita,menjadi penghias disaat waktu senggang kita,berita yang sering mengudara dan menghiasi layar TV kita,ada pembunuhan,ada perampokan,ada pemerkosaan dan seterusnya...alamaak,daftar penyakit negeri ini terlampau banyak untuk bisa kita urai.

Baru-baru ini berita pembunuhan sadis,tapi ini dilakukan oleh seorang istri kepada suaminya,yah adalah Siti Mujanah (45 tahun) seorang warga jombang JawaTimur,yang mengaku sudah membunuh dan memutilasi suaminya menjadi delapan bagian,motifnya adalah cemburu dan tidak dinafkahi.

[caption id="attachment_151438" align="alignright" width="300" caption="siti mujanah pelaku mutilasi...pict from okezone.com"][/caption]

Potongan tubuh suaminya dikubur disejumlah tempat yang berbeda,dan dia melakukan perbuatan keji itu seorang diri,tak ada yang membantunya.Dan anehnya Siti Mujanah tak merasa menyesal dengan perbuatannya itu.Tak adakah kata Meminta maaf untuk suaminya,yang telah lebih dari 20 tahun hidup bersamanya.

Mengelus dada....itulah yang sanggup kita lakukan,darimanakah kita akan bisa menjawab perbuatan keji ini.Tentu perbuatan keji ini tidak hanya terjadi saat ini saja,tapi sudah sering kita dengar dibeberapa waktu yang silam.

Dengan alasan apakah kita bisa membenarkan perbuatan ini.Sudah separah inikah sakit yang diderita oleh sebagian rakyat Indonesia.

Sudahlah,mungkin saja ini adalah akumulasi dari ketidaknormalan seseorang dalam menghadapi sebuah problema hidup.Tapi pertanyaanya apakah mereka sudah kehilangan rasa perikemanusiaan,sehingga tidak bisa membedakan mana yang pantas dan mana yang tak pantas.

Jika saja mereka hidup dizaman purba,mungkin  masih bisa diwajarkan,tapi kini,kita sedang berada dizaman hukum,meskipun seringkali hukum dinegeri ini telah tercabik-cabik oleh mereka para kaum elite hedonis,pemilik harta dan kekuasaan.

Haruskah menunggu banyak orang-orang seperti Ryan,Siti Mujanah dan yang lainnya bermunculan lagi...

====================

Dari tepian kota jakarta

Senin,26 Desember 2011

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun