Mohon tunggu...
Ahmad Mudzofar
Ahmad Mudzofar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Financial

Kenaikan Tingkat Bunga BI 7-Days Reverse Repo Rate, Sudah Tepatkah?

3 Juli 2018   15:20 Diperbarui: 3 Juli 2018   15:33 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Membaiknya indikator-indikator ekonomi pada masa pemerintahan presiden Jokowi yang menitikberatkan pada pembangunan infrastruktur telah memberikan optimisme masyarakat terhadap perekonomian Indonesia. Bukan hanya warga negara Indonesia, namun juga terhadap masyarakat global secara keseluruhan. Hal ini terbukti dari ditingkatkannya peringkat hutang negara menjadi investment grade dari beberapa pemeringkat internasional seperti Standrad And Poor's, serta Moody's. Perbaikan peringkat ini berdampak pada peningkatan capital inflow pada pasar investasi sebagai reaksi perbaikan peringkat layak investasi dari pemeringkat internasional.

Namun, perbaikan indikator-indikator ekonomi seperti terjaganya nilai inflasi, serta cadangan devisa  tidak serta merta langsung berdampak pada perekonomian Indonesia terlihat sampai dengan tiga tahun pemerintahan Jokowi pertumbuhan ekonomi masih dikatakan melambat bahkan bisa dibilang belum mencapai target yang dicanangkan oleh pemerintah sendiri. 

Masih ada banyak hal yang harus diselesaikan oleh pemerintah agar perbaikan ekonomi yang terjadi dapat dirasakan secara menyeluruh oleh rakyat Indonesia. Lebih jauh lagi sebagai gambaran, timpangnya pembangunan infrastruktur antara Jawa dan non Jawa berpengaruh pada sumbangan PDB Indonesia 2017, dimana 58% dari PDB Indonesia dihasilkan oleh wilayah Jawa dan Bali. 

Sangat timpang apabila dibandingkan dengan sumbangan PDB yang dihasilkan Papua dan Maluku yang bahkan tidak lebih dari 3%. Oleh karena itu, penulis setuju dengan rencana pemerintah yang merencanakan banyak proyek strategis nasional di luar Jawa dengan harapan dapat menciptakan pemerataan infrastruktur dan ekonomi.

Selain pada masih timpangnya pembangunan infrastruktur antara Jawa dan luar Jawa, kestabilan nilai kurs masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Hal ini terlihat dari pelemahan nilai rupiah dalam beberapa bulan terakhir, pelemahan nilai kurs ini sejatinya terjadi sebagai dampak dari eksternal. Yaitu, peningkatan harga minyak, peningkatan bunga internasional serta perbaikan ekonomi Amerika Serikat dibawah kepemimpinan presiden Donald Trump, serta peningkatan tingkat suku bunga The Fed  yang akan berpengaruh pada beralihnya modal dinegara-negara berkembang kembali ke Amerika Serikat akibat yield investasi dan keamanan yang lebih baik daripada di negara-negara berkembang.

Adanya capital inflow yang terjadi di Amerika Serikat berdampak pada peningkatan mata uang dolar terhadap banyak mata uang negara-negara di dunia termasuk juga Indonesia. 

Sebagai reaksi untuk menstabilkan nilai kurs Bank Indonesia sebagai otoritas kebijakan moneter di Indonesia pun melakukan banyak treathment untuk menstabilkan nilai kurs seperti, melakukan intervensi melalui cadangan devisa, operasi pasar dll. Terbaru Bank Indonesia menggunakan kebijakan peningkatan tingkat suku bunga sebagai upaya menstabilkan nilai rupiah, terhitung pada Mei 2018 BI telah melakukan dua kali peningkatan nilai suku bunga dengan masing-masing sebesar 25 basis poin, sehingga sampai saat ini tingkat suku bunga Indonesia atau BI 7 day reserve repo rate adalah sebesar 4,75%.

Peningkatan BI 7DRR menurut International Monetary Fund (IMF) dilansir dari Bisnis.com merupakan suatu keputusan yang tepat untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. 

Dampak dari peningkatan nilai tukar ini menyebabkan Indonesia diperkirakan akan lebih kuat terhadap goncangan eksternal selanjutnya, serta sebagai upaya untung mengurangi capital outflow yang terjadi pada pasar domestik. Hal ini dapat dilihat dengan mulai stabilnya nilai rupiah meskipun masih mendekati angka 14.000 rupiah per dolar As. Selain itu efektifitas kenaikan BI 7DRR juga terlihat dengan kembalinya IHSG ke angka 6000an setelah cukup lama turun sampai 5800an, serta larisnya Surat Utang Negara (SUN) yang dilelang pada bulan Mei hingga meraup dana sebesar 11,7 Triliun rupiah  mengindikasikan mulai membaiknya persepsi pasar terhadap perekonomian Indonesia. 

Maka, peningkatan tingkat suku bunga BI 7DRR menurut hemat penulis adalah suatu keputusan yang tepat guna menstabilkan nilai kurs dan menjaga perekonomian Indonesia tetap pada batas stabil.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun