Mohon tunggu...
Ahmad Jefri
Ahmad Jefri Mohon Tunggu... Penulis - berbagi untuk kehidupan bersama yang lebih baik

'' hidup yang sesa'at harus bermanfaat untuk orang lain''

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

ARYO dan Hidupnya (Catatan Hidup Sang Penulis)

6 Mei 2021   17:53 Diperbarui: 6 Mei 2021   18:14 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                      Terlihat seorang pemuda di dalam sebuah tempat ibadah (mushalla), nampak tempat ibadah (mushalla) itu sangatlah sepi, di dalamnya hanya terdapat tiga orang, lelaki tua yang sedang berdzikir melafadzkan  asma ''allah'', lelaki paruh baya yang sedang istirahat (tidur) dan pemuda tadi, waktu menunjukan pukul 20.15 WIB, waktu yang memberi gambaran telah selesainya sholat isy'a berjamaah (19.30 WIB), pantas suasananya sangat sepi dan lenggang, pemuda tadi memang selalu terlihat menyendiri selepas sholat isy'a berjamaah, menyatu di dalam keheningan dengan sangat khusyu, duduk bersila, dengan uluran tangan sedang berdoa,

"Tubuh bergemetar,kata demi kata terucap dengan sangat menghayati, di selingi dengan Air mata,

Kondisi inilah yang setiap malam di lewatkan pemuda tadi dalam berdoa, apa yang tampak pada pemuda tadi adalah gambaran sebuah kondisi seorang manusia yang sedang berserah diri kepada tuhanya, dalam mencari keadilan dalam hidup lewat pengungkapan DOA, kita tidak pernah mengetahui secara pasti, apa yang membuat pemuda itu begitu menghayati setiap kata demi kata, terurainya air mata? di dalam keheningan hanya pemuda itu dan tuhanya yang tahu serta mengerti secara pasti tentang apa yang sesunguhnya terjadi.

Ini sebuah kisah  tentang ''kenyataan hidup'' yang di lalui ''aryo'' !!!,  

Aryo adalah pemuda miskin, di lahirkan di desa terpencil (serang situmpeng) kabupaten pemalang,jawa tengah pada 1992 silam, di usia satu tahun aryo harus kehilangan figur seorang ayah, yang memilih pergi, lalu  menikah dengan wanita lain,  hal ini berdampak pada pertumbuhan aryo kecil yang harus kehilangan perhatian dan kasih sayang  peran seorang ayah, sehinga pada prosesnya hidup aryo kecil harus melewati kehidupan  pilunya sampai saat-saat dewasa, selepas kepergian ayah nya, aryo di asuh oleh neneknya, karena ibu (aryo) pergi bermigrasi ke jakarta, ibu aryo menikah lagi dengan seorang laki-laki kelahiran jakarta, dengan keluarga barunya (ibu aryo) di karuniai dua orang anak. 

Ketika usia  aryo genap 9.th, aryo tinggal dan menetap di jakarta, ini lah awal dari bagian penderitaan lain kehidupan aryo, karena ibu satu-satunya yang seharusnya berperan sebagai pemberi kasih sayang, bersikap acuh dan lebih mementingkan suami baru dan kedua anaknya, proses waktu terus berjalan, hari demi hari  berganti tahun di lalui aryo dengan kesukaran dan air mata, aryo di dalam keterasingan harus berada di dalam keluarga tanpa perhatian dan kasih sayang, berkali-kali harus di buang ke kampung kelahiranya (pemalang).

Memory buruk ibu terhadap kegagalan hubunganya dengan pasangan pertamanya (ayah aryo), penghianatan yang berujung perceraian, kekecewaan bercampur rasa sakit mendalam, entah mengapa hal ini menyebabkan hubungan aryo kecil dengan ibu nya berjalan tidak harmonis, kesalahan sekecil apapun yang di lakukan aryo selalu berujung dengan kekerasan, ''tatapan kebencian itu!!'', terlihat jelas di saat  ibu memandangi aryo di setiap kesalahan yang di buatnya.

Aryo kecil hanya bisa pasrah atas kekerasan fisik yang di dapatinya dari ibu nya, maupun ayah tirinya, tekanan fisik maupun mental di hadapkan kepada kehidupan aryo kecil, di mana seharusnya masa-masa itu di lalui aryo dengan perlindungan, perhatian dan kasih sayang, tapi hal itu tak pernah terjadi, karena yang terjadi hanya kenyataan pahit yang tidak mudah untuk di hadapinya.

'Perhatian jarang sekali aryo dapatkan, kenyataan yang terjadi hanyalah kata-kata kasar (dasar an****, anak si****) dari setiap kesalahan yang  di buatnya, dan hanya pukulan demi pukulan aryo terima, hantaman sapu lidih di bagian wajah!!, pukulan benda tumpul (alat menggoreng) hingga menyebabkan memar, pukulan gayung di bagian kepala (sampai gayung pecah),,,semua pernah di alami aryo di masa kecilnya.

Kehidupan dengan keluarga barunya (ayah tiri aryo), tidaklah dalam kondisi perekonomian yang mencukupi, hidup di kota besar (jakarta), tinggal di gang-gang sempit, lingkungan kumuh , serta rumah yang tidak layak untuk di tinggali menjadi panorama kemiskinan di dalam tempat tinggal aryo, perjudian, penikmat obat-obatan terlarang (narkoba) adalah rutinitas aktivitas masyarakat di mana aryo tinggal.

Figur ibu aryo adalah tipe manusia pekerja keras, kemiskinan yang terjadi di dalam keluarga aryo, serta demi mencukupi kebutuhan hidup aryo dan kedua adik tirinya, mengharuskan ibu (aryo) berjualan keliling makanan khas palembang (empek-empek), dengan berjalan kaki berkilo-kilo meter dari satu kampung-ke kampung lain, bercampur keringat teriknya matahari, bahkan di satu waktu harus bermandikan air hujan dengan penjualan makanan nya (empek-empek) yang sangat sedikit, itu juga di ambilnya oleh pengusaha makanan (empek-empek) yang menghasilkan keuntungan  sangat sedikit, karena rata-rata penghasilan perhari hanya mencapai 30.000 rupiah, dan menjelang sore aryo selalu membantu ibu nya berjualan empe-empe karena ibu aryo harus kembali ke rumah untuk memasak menyiapkan makanan bagi aryo dan kedua adik tirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun