Mohon tunggu...
Ahmad Jefri
Ahmad Jefri Mohon Tunggu... Penulis - berbagi untuk kehidupan bersama yang lebih baik

'' hidup yang sesa'at harus bermanfaat untuk orang lain''

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

ARYO dan Hidupnya (Catatan Hidup Sang Penulis)

6 Mei 2021   17:53 Diperbarui: 6 Mei 2021   18:14 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

''heii!!,,ente itu apa-apaan'',,

''ini anak kecil, gk seharunya di perlakukan kaya binatang'',,,,,,,,

Terselamatkanlah aryo dari tindak penghakiman secara membabi buta, aryo masih mengerang kesakitan, dan menangis sejadi-jadi nya, selang beberapa menit seseorang menghampiri aryo untuk memberitahu bahwa aryo di panggil ketua yayasan (pak kya'i) untuk segera kerumah nya, aryo berjalan kerumah pak kiya'i dengan langkah gontai, saat memasuki rumah pak kiya'i di lihatnya ada empat orang di dalamnya (pak kiya'i, wakil pemilik pondok, santri yang menghakimi aryo &guru pembimbing) di mulailah musyawarah penyelesaian masalah yang di hadapi aryo, aryo menjelaskan secara jujur kronologi yang sesunguhnya bahwa dia bukanlah pencurinya, tetapi pak kiya'i dan wakil pondok tidak begitu yakin dengan aryo, sehingga aryo merasa terintimidasi dengan pertanyaan berulang-ulang yang di hadapkanya, kondisi ini  membuat aryo sangat luar biasa tertekan, kini tidak ada orang lagi yang percaya kepadanya, dalam hati aryo berontak dan bergeming,,,,,

'Di mana rasa keadilan untuk dirikuu,,,!!!

Kejadian berulang, tuduhan fitnahan terhadap aryo membuat kita mengerti, bahwa intuisi kita dalam interaksi sosial sangatlah dangkal,  setiap pengetahuan empiris kita melalui persepsi dan cara pandang kita terhadap orang lain hanya mampu menyentuh satu aspek moralistik (benar atau salah), penilaian kita hanya menyentuh kesalahan yang di buatnya (berdosa), atau setiap kebaikan yang di buatnya (suci), dalam hal ini  kita melenyapkan setatus individual manusia yang kongkrit dan multi aspek, persepsi ini sangat melekat di dalam peradaban masyarakat kita, pencuri, pelacur, pemabuk, pereman akan selalu terpersepsi negativ di dalam masyarakat kita, sementara shaleh, berpendidikan, terhormat akan selalu terpersepsi suci di dalam masyarakat kita, kita membenci mereka yang terlihat kotor dan berdosa, sementara kita memuja-muja mereka yang terlihat saleh dan suci.

Pada sejatinya manusia adalah mahluk dengan jaringan sangat rumit, cenderung berubah-ubah (multi aspek), pada dasarnya manusia selalu mengarahkan tindakanya terhadap kebaikan, hal ini di dasari pada hakikat manusia ''conscientious beings'' (mahluk berhati nurani), kerumitan jaringan manusia membuat manusia memilih banyak sekali tindakan yang di perbuatnya, dalam memilh tindakan manusia selalu punya alasan kuat yang memberinya alasan melakukan tindakan, kita boleh saja mengutuk perbuatan  seseorang, tapi kita tidak bisa menyempitkan secara keseluruhan setatus individual di dalam tindakanya, karena manusia adalah mahluk konkrit, multi aspek dan bernilai pada dirinya sendiri, jika pengetahuan kita telah sampai pada tahap ini, maka kebijaksanaan hidup telah melingkupi diri kita.

Peristiwa demi peristiwa kekerasan melingkupi kehidupan aryo selama di pesantren, kini aryo memasuki masa-masa akhir pendidikan SMP nya, terdengar kabar bahwa ayah tiri aryo di tangkap polisi (masuk penjara), hal ini menambah beban fikiran aryo, aryo mulai berempati terhadap ibu nya, karena harus berjuang seorang diri membiyayai pendidikan dirinya dan kedua adik tirinya, aryo berhasil menyelesaikan ujian akhir sekolah nya (UAS) dengan nilai yang standar, kini aryo mendekati masa-masa akhir tinggal di pesantren, selama tiga tahun hidup secara mandiri di pesantren aryo mendapatkan banyak sekali pengalaman baru dalam hidupnya.

iga tahun di lalui (di pesantren) adalah peroses hidup yang selalu di ingatnya, berjuang seorang diri (kemandirian), tindakan terpaksanya yang melahirkan banyak sekali pengalaman negativ, jasa dari pak kiya'i yang mau merawatnya, memberi fasilitas tempat tinggal, mengajarkan pendidikan agama, semua tidak mungkin di lupakanya, teman pesantren nya yang masih melekatkan kebencian kepadanya sampai masa akhir kelulusan, tiga tahun tanpa prestasi, dan aryo hanya mempunyai setigma buruk ''seorang pencuri'', pengalaman sulit penuh dengan  kegetiran membuat aryo belajar menjadi manusia yang bijaksana, menempatkan pengetahuan agamanya  dengan cara memanusiakan manusia lain.

                                         *********************************************************************************

Selepas menyelesaikan pendidikan SMP di pesantren, aryo kembali tinggal di rumah,pendaftaran murid baru sekolah menengah atas (SMK) telah di buka, hal ini membuat aryo mulai menghawatirkan keadaanya,,

''apakah aku dapat melanjutkan jenjang pendidikan ketahap selanjutnya (SMK) dengan biyaya yang tidak sedikit, atau karena kemiskinan, aku hanya mampu menyelesaikan pendidikanku hanya sampai di sini (SMP), lalu dengan usiaku (16.th) aku terpaksa harus bekerja,,,,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun