Mohon tunggu...
Ahmad Jefri
Ahmad Jefri Mohon Tunggu... Penulis - berbagi untuk kehidupan bersama yang lebih baik

'' hidup yang sesa'at harus bermanfaat untuk orang lain''

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

ARYO dan Hidupnya (Catatan Hidup Sang Penulis)

6 Mei 2021   17:53 Diperbarui: 6 Mei 2021   18:14 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketegangan di hatinya terus terjadi, ketika setiap kali aryo mencuri, bergeming di dalam hati,,,

'bahwa sejatinya ini adalah perbuatan yang salah (berdosa), dan jika tindakanya di ketahui tentu aku akan dibenci semua orang di pesantren, dan tak seharusnya aq melakukan perbuatan itu''

dialetika terjadi di dalam lubuk hati aryo, sehingga ada rasa keterpaksan ketika aryo melakukan perbuatan itu, fikiran mewajarkan tindakanya lalu muncul, dalam hatinya pun bergeming,,,,

''aq selalu menahan lapar di pesantren ini, ketika teman-teman qu yang lain mengalami keada'an kenyang, mereka tidak ada yang peduli dengan kondisiku, kita memang melakukan segala sesuatu bersama-sama, tetapi itu hanya sebatas teman belajar (ngaji), selebihnya kalian hanya dapat hidup untuk diri sendiri, keluarga, dan kerabat dekat (saudara), ketiadaan uang sering membuatku menyendiri di jam-jam istirahat sekolah karena aq selalu malu di hadapan teman sekolahku, mereka menikmati jajanan kantin, sedangkan aq tak punya sedikitpun uang''

Aryo tidak pernah benar-benar ingin mencuri apa lagi bercita-cita menjadi pencuri, masa labil (remaja) serta dalam keadaan terpaksa membuatnya mengambil suatu jalan extrime tanpa pertimbangan matang, aryo hanya mencuri selembaran-selembaran rupiah tanpa pernah mengambil semuanya,bahkan terkadang cuma uang receh yang di ambilnya, tindakanya berulang kali mendatangkan sesuatu hal buruk bagi aryo, benar saja istilah ''sepandai, pandainya tupai melompat, akhirnya terperosok juga'', pada hari itu aryo ketahuan mencuri, sangat jelas sekali aksi aryo di ketahui, karena teman pesantrennya memergoki aksi aryo ketika memang tangan aryo sedang menyelinap di dalam loker, dan lebih bermasalah lagi orang yang memergoki aryo adalah adik dari pemilik loker itu.

Selang beberapa menit pemilik loker mendatangi aryo, dengan ekspresi wajah sangat kesal dan penuh amarah, jari-jari tangan nya yang besar dengan cepat  mencekik leher aryo, keluar kalimat dengan suara lantang dari dalam mulutnya,,,,  

 ''kamu maling!!!, kamu di sini itu suruh belajar, bukan menjadi maling!!,,      

Ekpresi wajah orang yang menghakimi aryo semakin menampakan kemarahnya, cekikannya semakin erat, sehingga membuat tubuh aryo terangkat sekitar beberapa centi meter (CM), hal itu di saksikan teman pesantrennya yang lain, tetapi semua bungkam dan diam, peristiwa itu terjadi sekitar beberapa menit dan buah dari cekikan itu selain menyebabkan luka memar di leher, kondisi perasaan aryo pun menjadi sangat tertekan, kejadian ini juga membuat teman-teman pesantrennya menatap aryo dengan tatapan kebencian, aryo berada dalam situasi terpojok, menyendiri dan menangis sejadi-jadi nya.

Dalam keadaan menangis dan menyendiri di dalam ruangan asrama yang sedang kosong, perlahan terdengar suara jejak kaki yang mendekat, di lihatnya suara itu berasal dari teman pesantren aryo yang memergoki aksi aryo mencuri, orang itu adalah adik kandung dari orang yang menghakimi aryo dengan cekikan,

'dengan posisi aryo duduk bersandar, tanpa basa basi, secepat kilat, kaki-kaki berukuran besar itu bertubi-tubi menghujani kepala aryo dengan bengis dan tanpa rasa belas kasihan, aryo hanya bisa diam dan pasrah, keluar kalimat suara,,''maling!!,,maling!!,,maling!!, awas!! sekali lagi loe maling, gua matiin luh''!!!. 

selang beberapa menit kejadian itu terjadi, aryo merintih dan merasakan sakit di kepalanya, keluar darah segar dari bibirnya, pertiwa berulang semakin memperburuk kondisi psikis jiwa aryo, kini aryo dalam tekanan yang sangat luar biasa, sulit aryo menerima atas apa yang terjadi bahwa tindakan dari perbuatnya mengakibatkan teman pesantrenya begitu murka, saat penghakiman itu terjadi aryo tidak mengenali temannya, aryo hanya melihat orang lain menghakimi dirinya dengan rasa bengis tanpa belas kasihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun