Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kalut (#16/Selesai)

11 September 2021   10:01 Diperbarui: 11 September 2021   10:04 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(depositphotos.com)

Enam bulan kemudian

Sebuah city car melaju melewati gerbang masuk sebuah perumahan di sore itu. Tak lama berselang, mobil itu berhenti di depan sebuah rumah bergaya minimalis. Kemudian perlahan si pengemudi menyetir mobilnya masuk ke car port dan memarkirnya. Turun dari mobil itu seorang laki-laki yang mengenakan masker, menenteng tas belanja. Ia disambut seorang perempuan yang meraih tas tersebut lalu kembali masuk ke rumah.

Bagi Dika, semua berubah setelah pernikahan itu. Ia seperti masuk ke jalur fast track. Hanya dalam hitungan bulan, hidupnya berubah total. Dulu ia bukan apa-apa dan siapa-siapa. Kini ia bisa dibilang sudah mapan secara material dan finansial. Pun secara status sosial jadi lebih terpandang. Bak hidup dalam mimpi, sebuah kondisi yang tidak pernah ia sangka-sangka terjadi pada dirinya.  

Sebenarnya apa yang ia lakukan waktu itu adalah tulus tanpa pamrih. Semata-mata ingin membantu Herdi sebagai seorang sahabat. Ia hanya melakukan apa yang ia bisa dan menurutnya baik dan berguna. Apa yang ia peroleh kemudian, itu sudah diluar keinginannya. Baginya, itu hanyalah bonus dari apa yang telah ia putuskan.  

Sebuah rutinitas harian yang dulu sempat menghilang, kini ia lakukan kembali. Ia sudah kerja lagi sebulan menjelang kelahiran sang anak. Itu sebabnya ia suka bilang ke orang banyak "rezeki anak". Ia bekerja di sebuah perusahaan developer properti yang merupakan mitra kerja dari perusahaan tempat Herdi bekerja. Memanfaatkan koneksi yang dimiliki Herdi, Dika "dititipkan" di perusahaan itu. Entah bagaimana bisa begitu, Dika sendiri tidak tahu. Semua yang mengurus Herdi. Pokoknya ia diminta langsung kerja saja.

Hidupnya kini gak neko-neko lagi. Selain kerja, fokusnya kini keluarga. Usai jam kerja, ia langsung pulang ke rumah. Ia tidak mau menyia-nyiakan istri dan anaknya yang menanti di rumah. Apa yang ia lihat dan pelajari langsung dari sang bapak mertua, sedikit banyak memengaruhinya dalam memandang masalah pekerjaan dan keluarga.

Rumah itu baru mereka tempati tak lama sesudah pernikahan sebagai kado dari Herdi bagi kedua pengantin baru. Dengan menyerahkan sertifikat rumah itu langsung dari Herdi yang disaksikan Martha, rumah itu sah milik Dika sepenuhnya. Dika tak tahu bagaimana berterima kasih kepada Herdi. Namun Herdi yang malah balik berterima kasih pada Dika atas apa yang sudah ia perbuat.

Giliran Papa dan Mama Erika tak mau ketinggalan. Mereka berinisiatif melengkapi barang dan fasilitas di rumah baru itu. Untuk itu, mereka menyerahkan sepenuhnya pada Erika untuk memilih dan menata desain interior dan eksterior berikut furniture dan perabotannya. Jadilah semuanya selera Erika. Meski begitu, Dika sih okay saja. Ia menilai Erika punya cita rasa yang lebih bagus daripadanya. Lagipula, nantinya Erika yang lebih banyak di rumah. Jadi harus dibuat senyaman mungkin.

Di awal setelah pernikahan, hubungan Dika dan Erika tergolong unik. Dulu tidak kenal dan asing satu sama lain, kini keduanya bersama dalam satu rumah. Canggung dan kikuk sempat mewarnai hari-hari awal mereka. Beda usia empat tahun, Erika memanggil Dika "kakak" di awal pernikahan. Sebaliknya, Dika balik memanggil "adik" ke Erika. Baru setelah sang anak lahir, keduanya saling memanggil bapak dan bunda.

Sejak menikah, Dika coba mengubah image dirinya menjadi sosok yang baru. Dulu kemayu, kini ia tampil selaki mungkin. Untuk mendukung hal itu, ia coba memanjangkan kumisnya yang biasanya klimis. Suaranya dibuat se-ngebas mungkin. Dan seluruh gesture tubuhnya dibuat se-manly mungkin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun