Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kalut (#13)

1 Agustus 2021   10:01 Diperbarui: 1 Agustus 2021   10:24 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
id.depositphotos.com

Martha terdiam membisu. Dengan mata yang mulai basah, ia perlahan berkata, "Mohon maafkan Tomi. Saya yakin ia tak ada maksud menyakiti Erika. Saya benar-benar tak habis pikir dengan semua ini. Setelah musibah yang menimpa Tomi, kini datang lagi hal lain yang tidak diinginkan. Itu benar-benar mengguncang saya."

Sambil mengusap matanya dan sesekali menyeka hidungnya, ia lanjut berkata, "Sebagai seorang ibu, saya bisa merasakan perasaan Bu Evi yang sekarang. Ibu mana yang tak sedih jika anak perempuannya mengalami hal seperti itu. Saya pun demikian jika saya dalam posisi seperti Ibu. Ketahuilah, saya tidak akan berdiam diri setelah ini. Saya akan melakukan apapun yang saya bisa untuk membantu Ibu dalam menyelesaikan masalah ini. Beri saya waktu. Akan saya hubungi kembali Ibu secepatnya."  

"Terima kasih banyak atas perhatian Ibu. Saya sangat menghargainya. Saya sangat mengharapkan kabar berita dari Ibu selanjutnya," ucap Evi sambil pamit di siang itu dengan perasaan lega karena sudah menyampaikan perihal tersebut meski ia masih harus bersabar menunggu kabar dari Martha.

.....  
Dua malam itu Herdi menginap di rumah sakit menunggu Tomi pasca operasi. Sebelumnya Herdi dan Martha sudah membuat pembagian jadwal antara keduanya. Herdi kebagian jadwal malam sementara Martha siang. Karena harus bekerja kembali, keduanya merasa perlu mencari orang untuk menggatikan mereka dalam mengurus Tomi selama masa pemulihan.
 
Herdi lalu mengontak Bi Imah, pengasuh Tomi dulu. Ia minta tolong kepadanya untuk mencarikan orang yang dapat menjaga dan merawat Tomi selama di rumah sakit dan setelahnya. Bi Imah lalu menyarankan adiknya, Bi Umi, yang kemudian menyanggupi hal tersebut. Herdi dan Martha setuju dengan usulan itu.

Bi Imah yang dihubungi Herdi, begitu terkejut mendengar apa yang terjadi pada Tomi. Kepada Herdi, ia menyatakan kesedihannya yang mendalam atas kejadian yang menimpa Tomi. Ia mendoakan agar Tomi diberi kesehatan kembali dan dapat beraktivitas kembali seperti semula. Ia juga tak lupa mendoakan Herdi dan Martha agar diberi kesabaran dalam menerima dan menjalani cobaan tersebut. Ia mengungkapkan keinginannya untuk menjenguk Tomi suatu saat nanti kalau saja masalah kesehatan tidak menghambatnya.

Hari itu, Bi Umi datang dari kampung diantar oleh anaknya Bi Imah yang dulu biasa mengantar Bi Imah sewaktu masih kerja di keluarga Herdi. Herdi sangat berterima kasih kepada Bi Umi karena sudah mau datang dan membantu keluarganya. Setelah beristirahat semalam di rumah Herdi, Bi Umi diantar ke rumah sakit keesokan harinya.

Herdi sendiri belum pernah bertemu Bi Umi sebelumnya. Namun ia tahu keluarga besar Bi Umi. Usianya tiga tahun lebih tua dari Herdi. Sosoknya mengingatkannya pada Bi Imah karena ada kemiripan wajah dan fisik antara keduanya. Bi Umi adalah adik bungsu Bi Imah. Diantara mereka berdua ada seorang saudara laki-laki.

Saat Bi Umi tiba, kondisi Tomi mulai berangsur normal pasca operasi. Perkembangan Tomi cukup progresif menurut tim dokter ahli. Responsnya terhadap orang di sekitarnya mulai bagus. Motoriknya sudah mulai berangsur membaik. Walau masih mengenakan selempang, bahu kanannya mulai terasa luwes. Ia mulai belajar berdiri dan berjalan meskipun masih memakai tongkat. Meski awal agak gemetaran, lama-kelamaan ia mulai terbiasa. Perawat sesekali membawanya keluar kamar untuk berjemur dengan menggunakan kursi roda.

Sejak kedatangan Bi Umi, Herdi dan Martha bisa fokus kembali bekerja. Meski bekerja, keduanya selalu memantau perkembangan Tomi melalui Bi Umi. Sehabis kerja keduanya secara bergantian menyempatkan diri menengok sambil membawakan makanan atau buah untuk Tomi dan juga Bi Umi. Bagi keduanya, peran Bi Umi penting sekali dan sangat membantu di saat bersamaan energi dan emosi mereka begitu terkuras. Keduanya merasa beruntung dan berutang budi pada Bi Umi di masa krusial itu.

.......  
Merasa malam itu akan tenang setelah dua malam sebelumnya begadang di rumah sakit, Herdi dihadapkan pada kenyataan lain yang sangat memukul dirinya. Bak gelombang tsunami menghantam pesisir pantai, Martha pulang kerja dengan mengharu-biru. Tak kuat menahan tangis, ia mengabarkan perihal Evi yang datang menemuinya di kantor siang itu.  

Berusaha mengendalikan keadaan, Herdi menyodorkan segelas air minum ke Martha seraya berkata, "Coba Mama tenangkan diri dulu. Kalau sudah merasa tenang, coba ceritakan dengan baik ada apa sebenarnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun