Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kalut (#7)

9 Mei 2021   10:30 Diperbarui: 9 Mei 2021   10:52 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Agenda pertemuan dengan berbagai vendor di Senin itu telah menantinya. Dari dalam mobil SUV hitam itu, Herdi mereka-reka rencana apa yang akan ia kerjakan hari itu sambil tetap fokus berkendaraan. Saat  lagi berhenti di lampu merah, sesekali ia mengecek schedule task yang ada di hp-nya untuk memastikan apakah sudah sesuai betul dengan yang ia harapkan atau belum. Sikap perfeksionis ini sudah menjadi bagian dari dirinya sejak lama.

Di dashboard mobilnya, terdapat satu pak masker sekali pakai yang selalu tersedia jika sewaktu-waktu ia hendak meninjau proyek atau survei ke lapangan. Belum terbiasa memakai masker untuk waktu yang lama, beberapa kali ia melepas dan memakainya kembali. "Benar-benar bikin gak nyaman. Lagipula buat apa dipake kalau di mobil sendirian," gerutunya.

Kemunculan pandemi membuatnya berpikir tentang banyak hal. Berbagai pertanyaan muncul dalam benaknya. Ia termasuk orang yang mempertanyakan asal-usul virus itu. "Apakah betul terjadi secara alami? Ataukah sengaja dibuat di lab allas hasil rekayasa manusia?" tanyanya kritis.

Secara ilmiah, virus baru ini termasuk dalam rumpun yang sama dengan virus yang pernah mewabah pada 2002 (SARS) dan 2012 (MERS). Ketiganya merupakan keluarga besar virus corona. Virus tipe ini sebenarnya sudah teridentifikasi sejak 1960an. Namun baru diketahui dan dirasakan tingkat keparahannya yang sangat serius dan hebat pada awal 2000an.

Merespons pandemi ini, berbagai penelitian dilakukan  para ilmuwan demi menyingkap tabir di seputar asal mula virus ini. Dengan menganalisis data urutan genom dari strain virus C19 lalu membandingkannya dengan SARS dan MERS, didapatkan bahwa backbone (rangkaian DNA) virus ini secara substansial berbeda dari virus yang sudah dikenal sebelumnya.

Secara teori, jika seorang berusaha merekayasa virus baru sebagai patogen, maka ia harus membuatnya dari backbone virus yang diketahui menyebabkan penyakit. Itu artinya mustahil virus baru ini dibuat tanpa menggunakan bagian dari backbone virus yang pernah ada sebelumnya. Dari sini disimpulkan bahwa tidak ada bukti virus itu diciptakan.

Selain backbone, fitur penting lain dari virus ini yang dianalisis para ilmuwan adalah protein lonjakan. Di bagian inilah mutasi terjadi. Dan mutasi ini hanya bisa berlangsung  jika didukung oleh backbone dari virus yang ada sebelumnya. Dari sini disimpulkan bahwa virus ini berasal dari proses alami bukan hasil rekayasa genetik di lab.

Namun yang masih menjadi misteri hingga saat ini adalah bagaimana cara virus ini bisa menular ke manusia. Pendapat paling mengemuka di kalangan ilmuwan adalah penularan terjadi melalui kontak langsung dengan spesies inang pembawa virus yaitu kelelawar. Hewan lain yang juga potensial sebagai perantara adalah trenggiling. Proses ini mirip dengan wabah virus corona yang sebelumnya terjadi dimana manusia terinfeksi setelah terpapar langsung oleh musang (SARS) dan unta (MERS).

Bagi Herdi, tidak ada yang salah dari penjelasan ilmiah tersebut. Semuanya masuk akal. Ia pun dapat memahaminya dengan baik. Namun diluar itu, ada hal-hal lain yang mengusik dirinya. Mungkin dirasakan juga oleh banyak orang. Hal ini tidaklah mengherankan karena pesatnya perkembangan teknologi dan informasi saat ini yang memudahkan setiap orang dalam mengakses berita termasuk yang hoaks.

Terlepas dari fakta ilmiah yang tersaji, saat bersamaan muncul berbagai pendapat, pandangan, asumsi, prediksi bahkan teori konspirasi di seputar kemunculan virus C19. Dari yang sifatnya rasional sampai supranatural bahkan teologis apokaliptis. Dari yang dimensinya alam dunia sampai alam ghaib. Semakin menambah kehebohan di jagat maya dan dunia medsos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun