Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kalut (#6)

25 April 2021   10:10 Diperbarui: 25 April 2021   10:20 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Di akhir pidatonya, Presiden mengharapkan seluruh warga negara bersatu-padu dalam menghadapi bencana ini. Setiap orang diminta menjaga diri, keluarga, dan lingkungannya dengan cara menerapkan prokes secara disiplin dan konsisten. Setiap warga dapat berpartisipasi aktif dan berkontribusi positif dalam rangka pengentasan pandemi sesuai kapasitas dan kemampuannya masing-masing. 


Presiden berpesan, dalam kondisi terbatas seperti ini, setiap individu diharapkan tetap belajar, bekerja, dan berkarya. Ini tentu bukanlah perkara yang mudah bagaimana supaya kita dapat terus kreatif, produktif, dan inovatif. Namun semangat optimis dan berpikir positif harus selalu digelorakan terlebih di masa krisis saat ini. 


Presiden mengajak seluruh anak bangsa untuk bekerja sama, bahu-membahu, saling menguatkan dan melengkapi, memaksimalkan segenap pikiran, tenaga, dan waktu yang dimiliki dalam rangka memutus rantai penyebaran virus. Dan berserah diri hanya kepada-Nya serta berdoa dan memohon semoga kita segera terbebas dari musibah yang berat ini. 


.......
Senin itu hari yang dinantikan tiba. Seperti yang dijadwalkan, Dika akan menemui Herdi untuk menandatangani kontrak kerjasama. Ia masih excited dengan agenda itu walaupun agak terganggu dengan ingar-bingar pemberitaan di media tentang pidato pandemi Presiden kemarin. Ia salah satu orang yang tak percaya hal itu terjadi di negeri ini. Sebuah fakta yang memang sulit untuk diterima namun terpaksa harus dijalani. 


Masih terngiang dalam ingatannya berbagai berita yang mencekam di seputar pandemi di seluruh dunia beberapa minggu terakhir ini. Membuatnya jadi bertanya-tanya, "Penyakit apakah gerangan yang seganas dan sebahaya ini?" ungkapnya dalam hati. "Akankah yang terjadi di luar sana terjadi juga disini?" tanyanya kritis. "Lalu apa yang dapat ku perbuat sekarang?" katanya termenung. 


Dampak wabah penyakit ini begitu dahsyat dan fenomenal. Kota-kota besar yang tadinya begitu ramai dan sibuk mendadak sunyi dan sepi bak kota hantu. Gelombang kematian terjadi begitu tiba-tiba dan masal. Mayat-mayat bergelimpangan di jalan, dibiarkan tak terurus karena takut menularkan virus. Sungguh pemandangan mengerikan yang tak pernah terlintas dalam pikiran sebelumnya. 


Gambaran tersebut sedikit banyak telah memengaruhi alam bawah sadarnya sehingga muncul rasa takut dan khawatir dalam dirinya walau masih dalam batas yang normal. Tetapi bagi Dika, masa depan pekerjaannya yang lebih ia takutkan daripada virus itu sendiri. Ia mulai dihinggapi kecemasan hal itu akan menimpa dirinya. Apapun bisa terjadi terlebih di masa tidak normal dan penuh ketidakpastian seperti saat ini. 


Pagi itu seperti biasanya Dika ke kantor namun suasana lingkungan terasa agak berbeda. Baru keluar dari indekosnya, orang-orang yang lalu lalang terlihat banyak yang memakai masker. Muncul kesadaran dalam dirinya untuk melakukan hal yang sama. Ini mendorongnya untuk segera mendapatkan masker dan mengenakannya. 


Di warung pertama yang ia singgahi waktu berangkat kerja, si pemilik mengaku sudah kehabisan masker sejak kemarin saat ditanya. "Oke, gak masalah. Namanya juga hari pertama," hiburnya pada diri sendiri. 


Tak berjauhan dari situ, terdapat sebuah toko. Tampak ada beberapa orang sedang berkumpul dan tidak memakai masker di depannya. "Sepertinya mereka juga sama kayak aku,"  duganya. Karena ragu, ia lalu mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih jauh ke pemilik toko.

"Baiklah, semoga ada di minimarket ini."  Dengan tenang ia melangkah masuk disambut sukacita oleh sang kasir. Tanpa basa-basi, ia langsung bertanya lalu dijawab si kasir sambil tersenyum , "Maaf, Kak. Stok maskernya lagi kosong. Ada yang lainnya mungkin?" tanyanya ramah. "Nggak ada, Mbak. Makasih," jawab Dika singkat segera keluar dari gerai itu. Tak pernah ia sangka mencari masker kok sesusah ini. Membuatnya jadi geli sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun