Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kalut (#5)

11 April 2021   10:10 Diperbarui: 11 April 2021   10:10 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(memorydrawing.com)

Luapkan amarah sesaat
Benamkan akal sehat
Badai krisis jati diri mendera
Kemana ku cari pelipur lara?

Alangkah tragis hidup ini!
Bisik sang mahluk durjana
Terlintas tuk pergi selamanya
Gemuruh nurani meraung meronta

Bak bunga layu sebelum berkembang
Jatuh hancur tergerus
Beban moral terpaksa ku tanggung
Harga mahal harus ku tebus

Kini tinggal sesal melanda
Berlinang air mata tiada guna  
Merelakan lebih damaikan jiwa
Coba bangkit menanti pertanda  

Mengharap datang secercah cahaya
Tuk padamkan kekalutan sukma
Demi setitk asa tetap menyala
Tatap esok pagi penuh makna 

......
Menjadi saksi peristiwa sore itu, membuat Mama begitu risau dengan kondisi Erika. Sejak saat itu, ia semakin intens mengawasi gerak-gerik Erika. Ia melihat ada perubahan sikap misalnya saat diajak ngobrol, Erika tampak menghindar, tak ingin berlama-lama lalu segera menyudahi dengan atau tanpa alasan. 


Namun demikian, tak ada kejanggalan berarti yang ditemui Mama setidaknya sampai sejauh ini. Setiap berinteraksi dengan Erika, diam-diam Mama coba memperhatikan perut Erika namun ternyata terlihat biasa saja. Sebelum peristiwa sore itu, pernah Erika terdengar seperti mual tapi sangat jarang terjadi. Dan disangka Mama seperti masuk angin biasa saja. 


Di suatu kesempatan, Mama coba menanyakan keadaan Erika dan berusaha mengorek info darinya.
"Rika, kamu baik-baik saja, Nak?" tanyanya penuh perhatian.
"Baik, Ma," ujarnya datar.
"Betul baik-baik saja?" ulang Mama.
"Iya," sahutnya seperti hendak beranjak pergi. 


"Gimana kuliahmu?" lanjut Mama buru-buru bertanya.
"Kemarin udah mulai ke kampus lagi. Baru aktif bener minggu depan," jelasnya.
"Oh, gitu. Kalau perlu apa-apa, bilang ke Mama ya," katanya dengan lembut.
"Iya, Ma," jawabnya sambil berlalu. 


"Rika!" panggil Mama.
"Kenapa, Ma?" sambil membalikkan badan.
Mama ragu saat hendak menanyakan perihal Tomi lalu mengurungkan niatnya itu seraya berkata, "Jaga diri ya, Nak!"
Erika hanya tersenyum kecil lalu segera berlalu. 


Meski belum ada tanda-tanda yang jelas mengarah kesana, firasat Mama tetap sama dari awal. Pada saat nanti tabir ini tersingkap, Mama ingin mentalnya siap menghadapi segala kemungkinan. Walaupun Erika masih menghindar dan tutup mulut hingga saat ini, Mama berdoa agar Erika diberikan-Nya petunjuk dan jalan keluar yang terbaik dari kemelut ini. 

(bersambung) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun